Selasa, 15 September 2015

Fanfiction : Yokaze no Shiwaza (Perbuatan Angin Malam) -Inspired by @veJKT48-

Yokaze no Shiwaza
(Perbuatan Angin Malam)


“aku pergi, jaga dirimu baik-baik”

Mengecup keningku dan kemudian membelai rambutku pelan. Meninggalkan ku dengan kesibukan nya yang sangat membuat ku sedih. Ia pergi dengan pakaian kantor nya di selimuti dengan mantel hangat nya.

Aku menatap setiap langkah kaki nya itu. Hanya terlihat punggung nya. Tegap dan tinggi besar. Sulit buat ku hanya untuk melepaskan nya bekerja seharian. Seakan ini membuat ku tak bisa hidup tanpa nya. Terhitung semenjak kami bersama tak ada waktu yang ku rasakan bisa berada di samping nya lama.

Malam menyambutku yang sendirian duduk di kursi panjang taman ini. Terlihat bulan sabit yang berwarna orange berpura-pura di pojok langit itu. Bagaikan tak ada yang menemani nya di langit hitam yang selalu datang menerpa kesendirian ku. Berharap setiap kali aku merasakan kesendirian ini ada satu suara yang mampu membuat ku menghilangkan rasa rindu ini.

“apakah telepon saja tidak bisa? Padahal aku merindukan mu dan terus menunggu kamu” tukas ku pelan sambil menatap layar hp ku

Kesibukan nya yang selalu membuat ku terus merasa sepi. Tak beda jauh dengan hari-hari sebelumnya, tentang hari ini pun ia tetap sibuk dengan pekerjaan nya. Aku tau, aku sadar dan mengerti atas semua kesibukan nya. Tapi setidaknya ia bisa mengerti perasaan ku yang kini selalu sepi. Ketika malam tiba tak ada kehangatan peluk nya yang kurasakan. Selalu di buat akan rasa kerinduan sepi melewati malam yang dingin.

Aku berjalan sendirian di jalanan aspal ini, tak ada terdengar suara apapun yang bisa membuatku sedikit berfikir tenang. Tapi sama saja, suara kaki ku pun terasa sepi seakan aku ingin menendang kaleng kosong. Memberikan satu suara, melampiaskan segala apa yang kurasakan saat ini.

Jalan ku sambil menatap bulan sabit yang masih saja diam sendirian di langit itu. Tak ada awan yang menyelimuti nya. Mungkinkah bulan ini seakan menceritakan semua yang ku rasakan saat ini. Berapa pun banyak nya bintang di langit sana tak ingin menjadi satu yang sempurna di diriku. Cukup bintang ku hanya lah dirinya, satu-satu nya penarang ku. Berkelap-kelip di dalam jiwaku hingga selalu menjadi lampu yang selalu menerangi setiap sudut hati ku yang gelap.

Aku terus berjalan hingga mendapat sebuah ayunan berwarna-warni di taman ini. Aku mendekati ayunan itu, aku duduk diatas nya. Terasa dingin sehingga membuat ku sedikit merasakan suntikan dingin yang cukup membuat ku menggigil.

Terus berkali-kali aku menatap daftar telpon yang masuk. Tak ada nama nya tertera di situ. Memainkan setiap jari jempol ku memainkan layar hp ku. Berharap ia akan menelfon ku, meninggalkan jejak bahwa ia baru saja menelfon ku. Tapi seakan semua hanya bisa ku angan kan, tak ada yang berbeda. Sama, tak ada yang berubah dari daftar telfon yang masuk ini.

Merasakan sikap nya yang dingin akhir-akhir ini. Terasa kini hanya aku yang merasakan berat cinta , hingga merasakan semua ini terasa berat sebelah, tak ada balasan suci yang kurasakan. Ia terlalu sibuk, tanpa merasakan atau menyadari aku yang kini telah menjadi miliknya. Berharap tak akan ada pesan tertingal setiap sepi mengundangku, cukup telfon dan tanya aku apa yang sedang aku rasakan sekarang.

“aku rindu~” ucapku pelan dengan suara gemetar menahan tangis

Aku ingin segera bertemu dengan nya, terus menahan tangis ku. Merasakan aku ingin terbang kelangit itu, aku ingin ditemani bulan dan bintang-bintang agar aku tak bisa merasakan kesepian seperti ini.

Berfikir entah apa yang kulakukan saat ini. Kenapa aku bisa jadi suka seperti ini, setiap malam. Setiap ia selalu meninggalkan ku. Seakan angin malam selalu membawa ku kesini, menusuk setiap pori-pori kulit ku. Dingin hingga aku merasakan kerinduan sosoknya. Ingin di peluk hangat oleh sosoknya. Seakan semua terjadi karena perbuatan angin malam.

Masih dengan keadaan ku yang terus menunggu sosok nya disini, sepi, sendirian. Tentu saja aku menunggu hingga aku terus menahan air mataku. Melampiaskan segala amarah ku yang selama ini ku pendam. Namun aku urungkan karena aku malu, tak bisakah aku menjadi bulan yang ada di langit itu? Ia yang selalu sendirian tak pernah mengeluh apalagi menangis, ia selalu sendirian. Hanya bintang-bintang itu yang selalu menemani nya.

“telfon aku, aku ingin kamu mengabari ku, ajak aku untuk bisa menemui mu disana” ucapku sendirian terus menatap layar hp ku

Tak ada jawaban atas semua ucapan ku. Ingin rasanya aku pergi kesuatu tempat. Butuh sesuatu yang bisa membuat ku tenang. Bukan kamar, tempat yang selalu sepi. Sendiri. Aku mengukuh kuat tak ingin pulang. Memilih terus sendirian sampai ia bisa datang menemui ku atau mungkin mengabari ku bahwa ia akan terus berada di samping ku.

Berlarut-larut, berlama-lama, hingga waktu tak terasa bagi ku. Malam yang semakin dingin. Kesepian semakin terasa, jalanan sepi menandakan waktu yang tak pantas lagi untuk bisa berkeliaran di malam hari.

Sampai berapa lama lagi aku harus menunggu nya, hingga aku bisa bertemu dengan nya. Apakah aku disini saja sendiri sampai pagi, menunggu dirinya. Aku terlalu serius kah? Terlalu bodoh atau berlebihan? Entah lah aku hanya ingin bertemu dirinya. Menikmati malam yang sunyi ini. Memikirkan keesokan hari yang tentu saja pasti akan bertemu dirinya, tapi aku tak ingin. Aku tak ingin pulang. Berharap ia datang menjemputku saat ini. Peluk aku.

Menatap pilu kesendirian ku, entah berapa lama aku terus menunggu nya. Percuma saja aku lakukan semua ini, ia mungkin saja tak akan mencari atau mengkhawatirkan ku. Aku mulai bosan untuk terus berada di sini. Hingga akhirnya aku memilih kembali, menegakkan tubuh ku lemas sambil menghela napas pelan.

“kamu ingin pulang?” tukas seseorang menyadarkan ku dari kepiluan hati

Seketika aku menegakkan kepala ku. Mataku ku yang sayu kini membelalak. Sosoknya yang kutunggu tepat berada di hadapan ku. Berdiri tegap, masih mengenakan baju kantor dengan di selimuti mantel hitam nya. Ia tersenyum kearah ku.

Merasa tak percaya apakah ia yang kini berada di hadapan ku. Tak tersadar air mataku jatuh hingga membasahi pipi ku. Seketika aku berlari mendekati dirinya dan ku peluk dirinya erat saat ini. Ia memelukku pun dengan erat nya. Ia terus mengecup kepala ku sesekali membelai rambut ku sambil tertawa kecil.

“kamu tau aku berada disini?” tanya ku mendongkak kearah nya

“tentu saja aku tau, detak jantung mu adalah detak jantung ku juga” balas nya tersenyum kearah ku

Aku membalas senyum nya itu. Kembali ku peluk erat tubuh nya yang hangat. Tak lama seketika ia melepaskan pelukan ini pelan. Ia menggenggam erat lengan ku dan menatap ku dalam.

“jangan diam sayang, katakan apa yang ingin kamu katakan. Jika kamu ingin terus bersama ku, katakan itu” tukas nya terus menatap ku dalam

Aku tertunduk ketika ia mengatakan hal itu. Aku tak berani menjawab pernyataan nya itu yang sebenarnya selalu menjadi permasalahan bagi ku.

“aku akan berhenti demi kamu”

“jangan!” balas ku kaget

“kenapa? Pekerjaan bukanlah hal yang utama sayang, yang penting kebahagiaan kamu dan aku” balas nya sambil menyentil manja hidung ku

“pekerjaan adalah tanggung jawab kamu sayang”

“sudah lah, semua sudah terlambat. Aku sudah mengundurkan diri” balas nya berjalan santai. Aku menatap nya heran.

“kamu mengundurkan diri? Terus bagaimana? Ini semua salah ku, tak seharus nya aku berlaku seperti ini”

“sudah lah, jangan menyalahkan diri sendiri sayang” tukas nya kembali menggenggam erat lengan ku. Aku malah menatap nya bingung.

“kita akan pergi dari sini, aku akan ajak kamu pindah dari sini. Soal kerjaan aku sudah memiliki perusahaan sendiri dan itu tak akan bisa membuat ku lebih sibuk seperti sebelumnya”

“kamu serius?”

“ya”

Sepintas ucapan yang aku anggap itu tak benar malah di lakukan nya dengan serius. Memilih mengundurkan diri dari kantor nya demi aku. Sedikit aku merasa bersalah saat ini, namun ia terus menolak permintaan maaf ku. Tak menginginkan aku menyesali semua yang telah aku lakukan.

“kita pulang, besok kita akan pergi dari sini” tukas nya kemudian merangkul ku

“hm..” balas ku mengangguk tersenyum

Hingga akhirnya tak ada lagi yang bisa ku sesali saat ini. Ketika perbuatan angin malam selalu menerpa ku. Tak akan ada lagi malam yang sunyi ku dapati, kini hangat dan penuh akan setiap desahan nafas ku. Cukup jika semua yang dulu itu terjadi sekali. Berharap kebahagian akan terus berada bersama aku dan dirinya.

Terus lah menjadi angin malam, tapi tak akan pernah ku rasakan perbuatan nya. Kini aku hangat dalam pelukan nya yang erat.


THE END

-----------------------------------------------------------

Hai.. :D
FF terbaru hehe
Cerita yang tentu saja terinspirasi dari sebuah lagu. Lagu yang cukup galau sih haha tapi cerita ini tidak saya bikin galau, karena kalau galau itu terlalu mainstream :v
Maaf jika cerita nya jelek dan membingungkan, karena saya bercerita berdsarkan apa yang sedang saya pikirkan.
Lagu yang menginspirasi cerita ini adalah sebuah lagu dari team J di setlist Theater no Megami. Yang nyanyiin oshi saya sendiri >.< Jessica Veranda ( @veJKT48 )


Ok itu saja yah. Terima kasih yang sudah membaca^^
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com