Sabtu, 25 Juli 2015

Fanfiction : Kinjirareta Futari (Dua Orang Yang Terlarang) (VeNal JKT48)

KINJIRARETA FUTARI
(Dua Orang Yang Terlarang)

Aku yang selalu ada buat nya di saat senang maupun sedih, aku juga yang selalu menemani kemana pun ia pergi. Tapi kenapa? kenapa aku harus jatuh di salah satu jurang yang membuatku gila. Demi menyembunyikan hubungan ini aku rela sakit hati, menahan setiap goresan yang selalu saja datang menerpa ku. Aku hanya bisa diam, tersenyum di balik kesedihan ku. Aku tahu ia merasakan hal yang sama padaku. Cukup kita yang tau. Aku akan selalu mencintaimu.

“ayo dimakan nal” tawar adyth sambil melahap makanan nya

“iya” jawabku sambil melirik ke arah ve yang sedari tadi hanya menunduk penuh penyesalan

“kamu kenapa ve? kamu sakit ya?” ucap adyth sambil mengakat wajah ve dan mengelus pelan pipi nya

Seketika aku menggenggam erat pisau yang ada di tangan kiri ku, menahan kecemburuan teramat yang ku alami saat ini. aku menatap nya sedikit sinis. Ia membalas dengan wajah sendu nya. aku tahu kamu pasrah ve aku tahu. Ingin rasanya ku hempaskan tangan pria ini dan ku bilang “Ve milikku, jangan sentuh dia!” tapi apa yang bisa ku perbuat dengan hanya menyembunyikan kesedihan ini sambil membuang muka.

“mm... ma.. maaf dyth gw ke toilet dulu yah” ucapku kemudian berdiri menuju toilet

~~~~~~~~~~~~~

*suara percikan air keran*
Ku usap wajah ku dengan air ini. menatap cermin yang memantulkan sosok ku yang entah bagaimana aku bisa menjelaskan nya. aku ingin lari dari semua ini. tapi bagaimana? Aku begitu mencintai nya. sosoknya seakan tak bisa lepas dari bayang-bayangku. Aku benar-benar salah jatuh kedalam perasaan aneh ini.

“nal?”

Seketika aku mendapati sosoknya berdiri di belakang ku. Aku hanya menatapnya dari balik cermin ini. wajahnya yang sendu menahan tangis. Balas ku hanya sebatas senyum dengan kesedihan yang teramat ku rasakan.

“maafin aku nal” ucapnya sambil menitihkan air matanya

“apa yang perlu aku maaf kan ve? kamu ngak salah” ucapku sambil menghapus air matanya

“aku tau kamu sakit menahan semua ini nal”

“ve, kesakitan ini masih bisa ku tahan. Aku bukan orang lemah ve, percaya lah” sambil menggenggam erat pundak nya

“apa aku harus melepaskan adyth demi kamu nal?”

“jangan ve, jangan! Dia orang baik”
“tapi aku ngak tega lihat kamu seperti ini terus”

“kamu ngak yakin sama aku?”

Ia hanya menunduk sambil menangis tak bisa menjawab pertanyaan ku. “sudah jangan nangis lagi yah” lanjutku sambil memeluk nya erat sembari menenangkannya

“ayo kita balik, ntar adyth curiga lagi. Hapus air mata mu ve”

“iya” ucapnya sambil menghapus air matanya

Aku dan ve kembali ke meja di mana aku ve dan adyth makan bersama. tetap harus menahan setiap amarah ku saat ini. tahan nal, semua pasti akan berakhir. Kini aku hanya bersikap santai dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

##################################

“makasih yah makan malam nya dyth” ucapku

“ouh tak masalah kok, kapan2 kita makan malam bareng lagi”

“aku pulang yah ve” ucapku biasa aja

“iya” jawabnya menahan sedikit kesedihan

“ya udh, gw dan ve balik yah” ucap adyth

“iya, hati2 yah kalian berdua”

Melihat matanya yang begitu tak tega. Aku benar-benar harus bertahan di saat yang sesulit ini. aku terus menatap laju nya mobil yang mengantar ku tadi hingga wujud mobil itu tak tampak lagi dari kejauhan. Aku hanya menggendus pelan kemudian masuk kerumah.

“eh udah pulang nal?” sahut mama yang lagi membaca sesuatu, sepertinya itu undangan

“udah, loh itu undangan apa ma?” tanya ku

“loh kamu belum tau? Ini kan undangan pertunangan ve dangan adyth. Apa ve tidak memberitahu kamu?”

“ouh... mungkin dia lupa mah, kinal ke kamar dulu, capek mau istirahat” sambil menuju kamar

Aku hempas kan tubuhku ke ranjang yang empuk ini. seketika air mataku jatuh tanpa ku sadari. Menangis sambil tertawa yang seakan membuat diriku terlihat gila. Mendapati undangan degan nama yang tak asing bagiku. Iya, ve dan adyth. Aku tak menyangka semua akan berakhir seperti ini. jalanku yang tak lagi bisa terus bersama nya kini musnah sudah. Aku hanya bisa menangis sesak dan menatap layar hp ku. Senyum dengan tawa manisnya membuatku sakit saat ini, bukan lagi kebahagiaan. Jangan paksa aku lagi buat mempertahankan hubungan ini. jujur aku sudah tak sanggup lagi jika dia sebentar lagi akan milik orang lain.

###############################

Tibalah saat dimana hari bahagia itu terjadi. Aku mengenakan baju berwarna biru yang terlihat simple. Itu lah aku dengan sifat tomboy ku. Biru, yap warna kesukaan Ve. aku ingat sekali ia begitu menyukai warna biru. Aku selalu mengenakan t-shirt atau pun jaket berwarna biru ketika hendak hanya berdua bersama nya. kini semenjak pria itu datang mengganggu semua berubah. Tak ada lagi kebahagiaan yang terpancar di wajah gadis yang sangat ku cintai ini.

Tak lama aku sampai di rumah ve yang terlihat begitu ramai. Para tamu hadir sebagai saksi atas pertunangan ini. hanya ada keluarga dan teman-teman terdekat yang hadir. Aku begitu akrab dengan keluarga ve, begitu juga dengan keluarga ku yang juga sudah akrab dengan keluarga ve. aku masuk ke kamar ve. ku lihat sosok nya duduk di depan meja rias nya termenung. Aku tutup pintu kamar nya rapat.

“ve~” panggil ku pelan

Ia menoleh ke arah ku sambil menahan air mata nya. “kinal~”

“selamat yah” ucapku tersenyum sambil mendekati dirinya

“maaf” ucapnya kemudian tertunduk dan menangis

“maaf apa?”

“aku ngak bisa jujur soal pertunangan ini. aku takut nal, aku takut!!” *tangis nya pecah penuh sesak

“apa yang kamu takut kan ve?”

“aku takut kamu tak bisa menerima ini semua nal”

“*tersenyum* sudah lah ve, semua sudah terjadi. Sekarang ada adyth yang jagain kamu. Tugas ku sudah selesai ve”

“apa maksud kamu nal?”

“aku bukan lagi siapa-siapa kamu ve, kini kita hanya sebatas sahabat, bukan kinal dan ve yang dulu”

“ngak! Kita masih kinal ve yang dulu. Aku ngak cinta sama dia nal, semua karena paksaan orang tua”

“coba lah cintai dia ve, aku yakin kamu pasti bahagia”

“aku ngak bisa nal”

Aku hanya tersenyum sambil meyakinkan dirinya. Tak lama ku jatuhkan kecupan manis mengarah ke bibir kecilnya. Ini obat penenang mu ve, aku yang bukan lagi siapa-siapa kamu tetap akan selalu ada buat kamu sebagai sahabat. Menikmati kecupan manis ini sebelum di rebut oleh orang lain. Kemudian ku lepaskan kecupan ini dan pergi. Aku tau kamu sakit ve, tapi aku lebih sakit. semua ku tahan demi kebahagiaan mu, itu saja yang ku butuhkan saat ini.

Waktu terus bergulir, sudah seminggu aku tak bertemu ve semenjak pertunangan itu. Mungkin selama seminggu ini aku mencoba untuk berfikir dewasa, berpikir lebih matang lagi. Hingga akhirnya aku memilih jalan ku kembali. Menuntut untuk hidup seperti biasa dan menjalan kan aktifitas ku dengan normal saja. Aku memilih menghubungi ve dan bertemu dengan nya di sebuah danau yang terpencil. Danau yang bisa di bilang Cuma aku dan ve saja yang tahu. Danau yang tenang dengan perahu yang terikat erat di pinggiran danau.

“maaf menunggu lama nal” ucap nya sambil duduk disebelah ku

“tak masalah, aku juga baru tiba”

“ve~” panggil ku

“iya”

“mungkin saat ini kamu sudah bahagia ve” ucapku menoleh kearahnya tersenyum

“ngk, aku tak bahagia seperti yang kamu fikirkan”

“*mengendus pelan* aku sudah ngak tau lagi apa yang harus aku katakan padamu ve, ketika semua itu datang kesedihan yang ku rasakan semakin sakit. mungkin sakit melebihi orang yang benar-benar sedang sakit” ucapku sambil melempar kerikil ke danau yang tenang ini

“aku akan beri kenangan terakhir kita disini sebelum kamu benar-benar bahagia dengan nya ve, makanya aku ajak kamu kesini tempat yang sudah lama tak kita kunjungi” lanjutku. Ia hanya terus menatap ku tak percaya.

“aku tak mencintai dia nal, aku hanya cinta sama kamu!” ucapnya menitihkan air matanya

“sampai kapan pun aku akan tetap cinta sama kamu ve”

“kamu pun begitu nal, kembali lah bersama. kita sama2 saling mempercayai keabadian”

“sulit ve”

“kenapa sulit nal? Seberdosa kah pertemuan kita selama ini?” ucapnya dengan amarah bercampur air mata

Aku hanya bisa menahan sakit. kata-kata ku saat ini terlontar santai tapi sebenarnya sakit. aku tak bisa menahan semua ini berlarut-larut. Aku ingin hidup normal tanpa batu yang seakan menutupi segala kehidupan ku. Hingga akhirnya amarah ku yang seakan tertahan kini lenyap di gulung kesedihan yang kutahan lama ini.

“maaf ve, cinta kita bukan seperti orang banyak. Cukup sembunyikan perasaan ini dalam hati kita masing-masing” ucapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca

“nal~”

“kita hanya berserah kepada takdir ve, ia yang mempertemukan kita ia juga yang mengakhiri kita”

“kita berdua yang terlarang ve” ucapku yang seakan tak sadar air mata ku telah membasahi setiap pipi ku.

“aku tak bisa dengan orang orang lain nal. Aku cinta kamu. Apa itu tak boleh?”

Aku hanya tertawa kecil dengan berlinangan air mata. Kamu yang bersikeras ingin kembali ve. tapi maaf aku yang sudah bulat dengan segala keputusanku.

“maaf atas semua kesalahan ku ve, aku yang sudah membuat semua ini terjadi”

“kamu ngak salah nal, kamu bilang takdir  yang telah membawa kita kesini” kemudian memelukku erat

Aku yang sedari tadi hanya bisa menahan tangis kini pecah begitu saja di pelukan ve. aku yang sudah tak kuat lagi menahan segala penderitaan ini. seketika ia mengecup bibir ku dengan bibir manis nya. itu seakan membuatku tenang. Aku tahu ini balasan mu ve.

“seandainya dahulu aku tidak terlahir seperti ini, mungkin kita tidak akan pernah berpisah. Aku akan mengikat mu sebagai tanda hanya aku yang memiliki mu” ucapku dengan tangis yang sesak

“sudah lah nal, tak perlu menyalahkan takdir. Kini aku mengerti maksud mu nal, jika memang kita harus berpisah aku siap, meski sebenarnya hati ini berat”

“benar ve?”

“iya nal”

“aku harap ini bukanlah akhir dari segala nya ve, cukup perasaan ini kita sembunyikan dalam hati saja”

“kamu akan selalu aku cintai nal”

“aku lebih akan selalu mencintaimu ve”

Ketenangan batin kini ku dapati saat ini. air mataku kini hilang dengan ketenangan yang telah engkau berikan ve. sesakit apa perasaan ku saat ini aku hanya ingin membuat mu bahagia.

“ve, ayo kita naik perahu itu ke danau?” ajakku

“ngak ah, aku takut”

“ngak bakalan jatoh ve, tenang aja” ucapku sambil menarik lengan nya

“kinaalll....”

“ayo naik” ajakku. Ia terus menolak dengan wajah lucu nya. “ayolah ve, sekali ini saja. Please!!” pinta ku merenggek. Namun berkat pinta itu akhirnya ve mau naik ke atas perahu itu. Aku dan ve mendayung perahu itu bersamaan.

“nal?”

“iya”

“kenapa kamu memilih mengakhiri hubungan ini?”

“kenapa kamu bahas itu lagi?”

“aku Cuma nanya aja sih, atau kamu udah punya yang baru?”

“ngak”

“terus??”

“*mengendus pelan* aku hanya ingin melihat mu bahagia ve, hanya itu yang ku inginkan. Kamu dengan kebahagiaan mu, aku dengan kebahagiaan ku” ucapku sambul tersenyum

Ia hanya membalas ucapanku dengan senyum manis nya yang indah. Aku hanya menatap nya dalam dengan senyum lebar. Kebahagiaan mu tetap jadi rasa cinta mu terhadap ku ve. bahagia lah, aku akan mencari kebahagiaan ku sendiri. Jika sampai waktunya kita pasti bisa kembali bersama.

Ku lihat ve yang sudah kelelahan mendayung parahu ini hingga berakhir di tengah danau yang begitu tenang ini. tanpa tersadar ku dapati tangan nya dan ku tatap matanya dalam.

“ve~ kalau kau lelah mendayung tidur lah dalam dekapan ku, karena di dalam mimpi kita akan terus saling mencinta J

Tanpa tersadar bibir ku dan bibir nya dekat tanpa ada jarak sedikit pun. Ciuman sebagai pertanda kebahagiaan akan selalu ada buat kita ve. aku tak bisa mengikat mu dengan cincin tadi aku hanya bisa mengikat mu dengan ciuman. Melebihi erat nya cincin yang kini tengah melingkar di jari manis mu.


THE END


-------------------------------------------------

Holla... :D
Saya kembali lagi dengan cerita baru. FF yang masih berhubungan dengan VeNal. Saya tak bisa lepas dari sosok sahabat yang menginspirasi ini. dan maksud saya membuat FF ini sebagai akhir sebelum VeNal berakhir di tanggal 1 agustus 2015 nanti, yah hanya saja sebagai kenang2an :’v.
Judul ini yah karena bisa di bilang kemungkinan ngak bisa lihat Ve dan Kinal bisa berkesempatan membawa US ini, tapi waktu tak bisa di pastikan. Jika memang takdir berkata mereka kembali yah pasti kembali.
Hehe Terima Kasih yang sudah baca^^


*note : cerita ini hanya berdasarkan imajinasi yah atau bisa di bilang fiktif.  Jadi jangan beranggapan situasi seperti itu benar dalam fakta kehidupan member. Hanya sekedar hiburan santai. 

Rabu, 08 Juli 2015

Fanfiction : Kotak Musik Gre (9) ( #GreMids JKT48 )

Kotak Musik Gre (9)

Tak banyak waktu ku saat ini sebelum tiba hari itu. Hanya menghitung hari dengan jari saja, atau sekali mata berkedip waktu itu akan segera tiba. Aku duduk di bawah pohon samping sekolah. pohon yang selalu melindungi ku dari terik nya sinar matahari dan memberikan kesejukan di saat hati ku sedang tak begitu baik. Aku terbaring dan memangku kepala ku dengan kedua tangan ku, menikmati sejuknya di bawah pohon ini. ku pejam kan mataku sembari menenangkan sejenak pikiran ku yang tengah kalut ini.

“mids~”

Seseorang memanggilku dan refleks mata ku terbuka begitu saja. Ku lihat wajah cantik dan manis tersenyum ke arah ku. Ku balas senyuman itu dan kemudian bangun.

“tumben kamu kesini?”

“ngak sih pengen jemput kamu aja, jarang-jarang kan aku jemput kamu kesini” ucapnya

“haha iya sih, tapi kok kamu bisa tau aku ada di sini?”

“hmm aku nanya sama siswa lain, kebetulan kenal kamu dan tau dimana tempat kamu santai sehabis pulang sekolah”

Ia duduk di sampingku. Sama-sama menatap lurus ke arah yang sebenarnya tak menarik untuk di lihat. Tapi perasaan ku nyaman jika terus berada di samping nya. angin ini seakan mengerti perasaan ku, sengajakah dia memainkan rambut panjang gre yang lembut dan panjang ini menampar lembut wajah ku.

“kamu belum keramas gre? :o” ucapku bercanda

“ih apaan sih? Keramas tauk”

“tapi kok bau nya aneh yah :p”

Seketika ia memukul ku manja dan memasang wajah bete. “bercanda sih gre, ngak usah bete gitu” ucapku menoleh ke depan wajahnya

Tak lama wajah nya memerah. Akh~ dia malu. Haha. Lucu deh xD aku tersenyum melihat wajah nya yang begitu manis ini. namun aku takut, wajah yang nantinya tak bisa ku lihat lagi ini apakah akan rela melepaskan ku begitu saja? Jujur pilihan ku seakan membuat ku ingin lari dari segala kerumitan yang ku hadapi saat ini. wajah ku mulai murung.

“mids, nih buku kamu, makasih yah J” ucapnya sembari memberikan buku

“iya sama2” jawab ku

“kamu kenapa mids? Kok murung?” tanya nya

“ng.. ng... ngk papa kok” ucapku gugup

“kamu yakin?”

“iya” ucapku. “eh kita balik yuk, aku udah bosen disini” lanjutku kemudian menarik tangannya.

Aku mengajak nya ketempat biasa. Yah tentu nya ke lapangan basket yang tak jauh dari sekolah. aku mengajak nya duduk di kursi penonton yang teduh. Ingin sesuatu hal ku katakan padanya. Aku harap ia bisa mengerti.

“hmm gre?” panggil ku

“iya” ucapnya menoleh kearah ku

Aku gugup. Mulut ku  begitu susah untuk di gerakkan. Hey! Apa ini? aku merasakan ada yang aneh pada diriku. Aku bukanlah seseorang yang mudah gugup bukan? bermain basket saja aku bisa santai. Tapi kali ini aku begitu gugup, di samping nya. sosok yang begitu aku sayangi. Haruskah aku berterus terang atas semuanya? Sampai saat ini aku masih merahasiakan semuanya nya pada gre.

“mids?” panggil nya menyentuh pundakku dan membuat ku tersadar dari lamunan

“eh iya gre”

“kamu kenapa sih? Kok melamun terus. Ntar kesambet loh”

“hmm gini gre, aku mau nanya sesuatu sama kamu”

“iya, mau nanya apa?”

“ketika kamu membuka buku catatan ku apa ada terselip amplop?”

“amplop?” tanya nya heran

“hmm aku tidak menemukan nya mids. Ada apa?” lanjut nya

“ouh ng.. ng.. gpp kok” jawab ku gugup

“apa itu surat penting?” tanya nya mendekat kewajah ku

“ng... ngk kok, udah lupain aja”

Gre hanya menatap ku heran. Aku hanya membuang muka menutupi setiap kegugupan ku. Kalau seandainya surat itu tak selip di buku catatan ku terus surat itu kemana? Ngk mungkin dong tercecer di jalan. Di sekolah apa lagi. Seketika aku teringat sesuatu. Terakhir kali nya aku mengeluarkan buku itu pas di cafe kemarin sore. Apa jangan-jangan surat itu tercecer di sana? Oh mungkin saja. Tapi aku tak yakin. Mungkin kah surat itu sudah terbuang?

“gre, bisa hari ini kita ke cafe tante kamu?” tanya ku dengan sigap berdiri

“loh emang ada apa?”
“ee..ee.. aku pengen kesana lagi, tempat nya nyaman. Aku bosen di sini” ucapku

“ya baik lah” ucapnya sedikit heran melihat tingkah ku saat ini

Akhirnya aku sampai di cafe. Aku dan gre duduk di tempat lain. Namun aku ingat betul tempat dimana waktu itu aku dan gre duduk berdua. aku melihat lihat seisi cafe ini. aku tak memperdulikan tatapan gre yang aneh.

“gre, aku ke toilet dulu yah”

“iya” ucapnya tak menoleh ke arah ku dan ia hanya melihat-lihat menu makanan

Aku jalan melewati meja yang kemarin ku duduki. Melihat apakah surat itu masih ada. Hey mids? Apa kamu bodoh? Saat ini tak ada benda apapun di meja itu. Semua bersih, cafe inikan setiap malam sebelum tutup selalu di bersihkan. Hingga akhirnya aku menanyakan kepada salah satu pelayan.

“mba mau nanya, kemarin sore apa ada yang melihat amplop berwarna putih di dekat meja itu?” tanya ku sambil menunjuk kearah meja yang di maksud

“hmm saya tak melihat nya mba, mungkin bisa di tanya ke bagian clining service” ucap pelayan itu

“ouh iya, makasih mba” ucapku. Aku sangat butuh surat itu, hey ayolah. Aku harap surat itu segera di temukan. Aku tak ingin ada yang tau  isi surat itu. Sekalipun itu bukan orang terdekat gre.

Aku pun pergi menuju tempat clining service cafe ini “hmm mba, permisi. Mau nya. apa mba kemarin sore melihat amplop berwarna putih di dekat meja sebelah jendela?” tanya ku

“jendela dekat mana yah?” tanya nya

“itu mba dekat spot menghadap danau, persis bgt” ucapku

“hmm saya tak melihat amplop tercecer di situ mba” jawab nya

“mba yakin?”

“iya, saya yakin. Tak ada satu pun sampah kertas saya temukan di cafe saat itu” jelas clining service ini begitu meyakinkan

“kalau gitu makasih yah mba” ucapku kemudian pergi. Ya ampun, aku benar-benar bingung dan tak tahu lagi harus cari kemana surat itu. Aku butuh surat itu, sangat-sangat butuh. Aku sudah tak sanggup lagi. Lebih baik aku lapor saja ke kepala sekolah yang sebenarnya. Ya baik lah, sebelum hari itu benar-benar terjadi. Aku kembali ke gre dengan jalan lemas dan tertunduk.

“kamu kenapa mids?” ucapnya dengan nada khawatir

“gpp kok gre” ucapku kemudian menidurkan kepala ku ke meja
“kalau kamu sakit kita bisa pulang aja mids”

“gk kok gre, aku ngk sakit. nih coba aja cek suhu badan ku” ucapku sambil menyodorkan jidat ku ke tangan gre

############################

Waktu terus bergulir. Tak terasa H-2 sebelum hari itu terjadi. Semua akan terasa sulit jika aku harus benar-benar memikirkan hal yang seakan membuat ku tak ingin merasakannya nanti. Aku ingin tak ada kesedihan yang teramat terjadi di hari itu, aku hanya butuh semangat, kebesaran hati untuk bisa merelakan ku pergi.

“kamu kok murung terus mids, ada apa?” tanya nya

“ngk gre, ngk papa kok” ucapku

“kamu menyembunyikan sesuatu kan mids dari aku?”

Seketika aku menoleh kearah nya memasang wajah tak percaya “maksud kamu?” tanya ku

“kamu ngak perlu bohong mids, jujur sama aku. Aku ngak mau kamu bohong!”

“gree... (?)”

“sejak kapan kamu pinter bohong mids?” ucapnya menahan air mata

Aku hanya tertunduk tak tahu lagi harus berbuat apa. Aku pasrah dan hanya bisa merasakan kesakitan atas perbuatan ku sendiri. Mungkin dia sudah tahu apa yang tengah ku sembunyikan saat ini.

“aku benci kamu mids, kamu ngak bisa jujur sama aku T_T” seketika ia pergi begitu saja meninggalkan ku sendirian disini.

###############################

“mids... hamids....” panggil seseorang menyadarkan ku

“kamu ngantuk yah?” ucapnya tersenyum kearah ku

“gre??” ucapku kaget

“kamu kok kaget gitu lihatin aku?” tanya nya heran

“ki... ki..kita.. dari tadi di sini yah?” tanya ku

“iya, kan kamu yang ngajak. Tapi sampai sini kamu malah baring terus tertidur. Aku jadi ngak jelas disini -,-“ jelas nya

“hehe maaf deh maaf yah” ucap ku

Seketika aku tertegun menatap lurus kedepan. Ah ternyata tadi itu hanya mimpi. Bukan kenyataan, syukurlah. Aku harap kejadian itu tak akan pernah terjadi.

“mids, tumben hari ini ngak main basket? Kan hari minggu” tanya nya

“aku lagi males main basket gre” jawab ku

“tumben sekali, biasanya semangat banget kalau mau main basket nya”

“hmm gre?” panggil ku

“iya”

“yang mana lebih penting? Masa depan atau kebahagian?” tanya ku

“dua-duanya saling berhubungan mids, jika di bedakan mana yang lebih penting itu sedikit agak sulit untuk memilih”

“emang kenapa?” lanjutnya

“ngak sih, Cuma nanya aja” jawab ku

“yuk kita pulang” lanjutku kemudian berdiri. Ia hanya menatap ku heran.

“cepet banget?” tanya nya mendongkak ke arah ku

“aku mau packing”

“packing?? Kamu mau kemana?” tanya nya heran

Seketika aku tersadar akan ucapan ku tadi “eh ngak, maksud nya mau bantuin kakak ku packing, dia besok mau ke surabaya” ucapku gugup

“ouh gitu, ya udah deh”

#########################################

Setiap dimana aku termenung selalu teringat wajah nya. senyum manis nya, gingsul kecil yang membuat ku gemes seakan menyulitkan ku untuk benar-benar meninggalkan sosoknya. Aku packing semua pakaian ku yang ada di kamar. Ku berdiri mendekati meja dimana foto-foto ku dan gre terpajang.

“maafkan aku gre :’)” ucapku menatap foto nya

“kamu boleh benci sama aku, karena aku pantes dapetin itu”

“nina?” panggil mama yang tiba-tiba datang menemui ku

“iya ma”

“kamu udah siap buat besok?”

“udah ma” jawab ku tertunduk

“kamu yakin? Kamu udah bilang sama gre?”

“belum mah”

“kenapa?”

“nina ngak mau gre sedih, gre itu sahabat gre yang paling baik mah. Sebenarnya berat ninggalin dia, tapi mau gimana lagi L

“sahabat itu akan selamanya nin, mama yakin gre tetap jadi sahabat kamu meski kamu jauh J

Mama ngak tau apa yang aku rasain saat ini. bukan sahabat ma, bukan! dia orang yang benar-benar aku sayangi ma. Batinku. “ya udah kamu istirahat. Besok malam kamu berangkat” ucap mama

“ma...” panggil ku

“iya”

“mama yakin nina pergi?” tanya ku. Mama hanya tersenyum ke arah ku dan keluar. nina tau mama sedih, nina juga tau mama sebenarnya berat melepas ku. Jujur nina juga ngak rela ninggalin mama sendirian. Mama udah nemenin nina dan jaga nina selama ngak ada papa.

Malam yang sunyi ini seakan mewakilkan kegelisahan ku ketika hari esok tiba. 2 orang yang aku sayangi akan ku buat sedih ketika hari esok itu tiba. Benar-benar berat. Pilihan ku benar-benar sudah bulat, yakin. Aku tidak akan menyesal. Jika memang takdir yang membawaku bukan salah ku memilih hal yang benar atau pun salah.

~~~~~~~~~~

“pagi mids, udah bangun belum? Hmm pasti belum bangun yah. Ada kegiatan apa hari ini? semangat yah^^”

VN. Yap itulah yang ku dapat pagi ini. VN dari gre. Bisa di bilang setiap pagi ia selalu menyambut pagi hari ku dengan mengirim VN. Sudah berapa banyak VN yang ku simpan di hp ku. Aku tersenyum mendegar suara nya. rasa tak ingin meninggalkan nya kembali terasa. Sudah cukup aku berlama-lama, berbohong di hadapan nya aku butuh ketenangan, butuh hal yang bisa membuatku lebih tenang nantinya. Memilih segera menemui gre sebelum malam nanti itu tiba.

“hai mids J lama yah?” ucapnya yang baru saja datang

“hai gre J, ngak kok. Aku juga baru nyampe” jawab ku

“hmm sepertinya kita setiap hari bertemu yah mids, apa kamu tidak merasa aneh?” tanya nya heran

“eee..ee.. ngak tuh gre, mungkin itu Cuma perasaan mu aja kali gre” jawab ku gugup. Setiap hari? Ya benar gre, aku hanya ingin merasakan hangat nya hubungan ini sebelum aku memilih merasakan kesakitan diantara kedua orang yang ku sayangi.

“mungkin sih” ucapnya

“hmm gre?”

“iya J

“aku mau ngomong sesuatu hal yang penting sama kamu”

“mau ngomong apa?” tanya nya menatap ku penasaran

“tapi sebelum nya aku minta maaf” jawab ku tertunduk

“maksud kamu apa mids? Aku ngak ngerti?”

“kamu tidak merasa aneh dengan sikap ku akhir-akhir ini?”

“sikap bagaimana? Ayo lah mids, jangan bertele-tele. To the point aja” ucapnya penasaran

“gre...” ucapku kemudian menggenggam tangan nya erat. “kamu boleh benci sama aku, kamu boleh ngak sayang lagi sama aku, tapi aku harap persahabatan kita tetap selama nya yah” lanjutku. Sudah pasti, gre sama sekali tak mengerti maksud ku apa. Ia terus mengkerutkan dahinya, heran dengan sikap ku yang aneh saat ini.

“a-a-a-a... aku... aku akan pergi!” ucapku lagi kemudian berlari meninggalkan sosoknya mematung menatap ku pergi. Ia terus memanggil nama ku, aku tak memperdulikan suara itu. Aku hanya terus berlari berlari dan berlari. Maafkan aku gre, aku yang tak punya nyali untuk mengatakan langsung kepadamu. Aku bukan orang yang pemberani. Aku tak pantas jagain kamu lagi gre. Aku harap ini bukan persahabatan yang terakhir kali nya terjalin. Rasaku tetap sayang dengan mu gre, tapi lain hal dengan mu jika nanti nya kamu mengerti arti semua perkataanku tadi.



~Bersambung



---------------------------------


Hai :D maaf menunggu lama ya hehe
Ya maklum lah ide saya kadang-kadang muncul kadang-kadang kagak -_-
FF ini akan segera berakhir, part 10 adalah part terakhir. Dan maaf kalau di part ini kurang bagus yah hehe

Thanks yang udah baca^^
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com