SECRET
(2)
Malam yang sepi. Aku berjalan di sendirian di trotoar jalan ini.
Tertunduk sambil memijit kedua alis ku. Aku tak tahan terus-terusan seperti
ini. Salah ku, iya salah ku. Aku yang bodoh telah menerima perjanjian itu. Tak
bisakah aku berfikir sebelum menggambil semua itu? Dimana aku saat itu?
Bagaikan aku terhipnotis akan ajakan adyth yang membuat ku lupa akan segala
nya.
Kaki ku terasa lelah, angin malam membuat setiap bulu kuduk ku
berdiri. Dingin, aku ingin pelukan dia. Seseorang yang sangat ku sayangi. Namun
apa yang kini aku lakukan telah melukai hatinya. Aku terhenti dan memilih duduk
di pinggiran trotoar jalan. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang karena kini
malam semakin larut.
Aku tertunduk pilu sambil menyembunyikan wajah ku di balik ringkuan
ku saat ini. Kadang aku harus menghantamkan kening ku ke lutut yang cukup keras.
Aku pusing. Sungguh pusing seperti kepala ini mau pecah. Lama aku tertunduk
sebuah biasan cahaya menyinari ku saat itu, seketika aku menoleh ke arah cahaya
itu. Aku di terangi oleh cahaya lampu mobil yang mengarah kearah ku. Aku
mematung dan heran. Ku lihat pintu mobil itu terbuka dan siapa dia? Yap! Dhike,
sahabat ku semenjak SMA. Dari mana ia bisa tau aku tengah ada disini?
“dhike?”
“hai nal” sahut nya tersenyum kearah ku
“kok lo bisa tau gw ada di sini?”
“gw ngak sengaja lewat sini, eh ngelihat elo duduk di pingiran
trotoar begini. Ngapain?”
“gw lagi stress key” balas ku lesu
“karena masalah itu?” tanya dhike yang juga sudah mengetahui apa
yang sedang terjadi padaku
Aku hanya mengangguk atas pertanyaan dhike. Aku tak sanggup harus
jawab apa. Ditanya bagaimana solusi yang bisa aku lakukan, itu pun percuma. Itu
hanya bisa membuat ku mati lebih cepat. Seketika dhike menepuk pundak ku dan
kemudian merangkul ku dengan penuh perhatian. Aku masih tertunduk pilu sambil
menompang dagu di lutut ku.
“gw ngk nyangka kinal yang tomboy seperti ini tak bisa
menyelesaikan masalah dengan mudah? Bukankah lo pernah bilang ke gw kalau lo
itu jendral yang hebat? Wanita yang tanguh? Tapi dimana itu semua? Sejak kapan
lo jadi lemah seperti ini?”
Aku mematung menatap dhike, mencerna setiap ucapan yang baru saja
ia katakan padaku. Iya, aku pernah mengatakan hal itu. Tapi apakah aku tak
boleh menjadi seterpuruk ini meski aku pernah menganggap diriku ini seseorang
yang berjiwa jendral?
“jika lo mau cepat selesai, ungkap semua di hadapan ve”
“itu malah membuat ve jadi terluka key?”
“bukankah lo udah melukai nya duluan nal? Sadar lah?” bentak dhike
sambil menguncang tubuh ku yang lemas ini
Semakin di sudutkan, semakin lemah dan tak berdaya diriku saat ini.
Rasanya ingin mati saja, hingga tak ada lagi beban yang kurasakan. Seketika aku
berdiri, memunggungi dhike yang masih mendongkak menatap ku. Ku usap kedua
wajah ku dan mengeram sambil menggenggam erat rambut ku kasar.
“aaaaarghhhh!!!!” teriak ku
“iya! Gw udah melukai hati ve terlebih dahulu!” teriak ku lagi
“nal?” panggil dhike
“gw nyerah! Nyerah!!!!”
Plakkkkk!
Seketika tamparan keras melayang di pipi ku. Membuat ku tertunduk
hingga menitihkan air mata. Aku pantas dapatkan ini.
“bilang sama gw jika lo tak bisa jujur dengan ve! Biar gw yang bilang
pada ve tentang semuanya!”
“.......................”
“gw ngk tahan lihat lo seperti ini nal? Gw kira lo bakalan bahagia
sama ve, tapi apa? Berkat ulah lo sendiri demi mempertahankan perusahaan itu,
lo mau merelakan ve dengan pria brengsek itu!”
“jangan ungkit masalah itu lagi!” teriak ku sambil menunjuk kasar
dhike
Amarah ku terluapkan ketika dhike mengucapkan inti dari
permasalahan yang selama ini aku rasakan, aku perbuat. Tangan ku mengepal hebat,
ingin menghantam siapapun yang ada di hadapan ku, meski itu adalah dhike.
Rahangku mengeras, sesak. Nafas ku tak beraturan.
“lo mau pukul gw? Pukul! Lampiaskan semua yang lo rasain saat ini!”
Ku pejamkan mata, kepalan tangan ku semakin kuat. Rahang ku pun
semakin mengeras. Aku tahu dia siapa, sekelebat kenangan indah pernah terjadi
antara aku dan dhike. Sahabat yang selalu ada buat ku. Sahabat yang selalu
memberikan motivasi terbaiknya untuk ku. Aku tak mungkin melampiaskan semua
amarah ku pada dhike. Bukankah dia ingin aku tenang, kembali seperti semula.
Tapi aku malah memilih ego ku yang tak beraturan ini. Seketika aku mengendus
pelan dan mencoba meredakan segala emosi ku.
Tubuh ku melemas dan terduduk di aspal ini. Mematung hingga aku tak
bisa lagi berfikir jernih. Seketika dhike mendekat kearah ku, menyentuh kedua
lengan ku. Kemudian ia menegakkan wajah ku. Dan tak lama memelukku erat. Entah
apa yang membuat hati ku luluh saat ini, air mataku jatuh tak tertahan kan. Aku
menangis di pelukan dhike. Tangis terisak membuat ku bukan kinal yang dulu.
“gw ngak mau lihat lo seperti ini terus nal, gw mau lo bahagia lagi
bersama ve. Pikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lo”
“otak gw udah buntu key”
“gw siap bantu lo buat selesaiin masalah ini” balas dhike
melepaskan pelukan nya
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan dhike itu, “udah jangan nangis
lagi, eh ini pertama kali nya gw lihat lo nangis kejer gini” balas dhike heran
Aku tertawa kecil sambil tertunduk. Tentu aku malu karena ini yang
pertama kali aku rasakan. Kemudian dia membantuku untuk segera berdiri,
merapikan seluruh pakaian ku dan rambut ku yang terlihat acak-acakan.
“sudah malam nal, sebaiknya lo gw anter pulang yah” ucap dhike yang
membuat ku mengangguk menyetujui ajakan nya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~\
Tak lama aku sampai di apartement. Aku pencet tombol kode
apartement ku. Kemudian aku masuk, ku lihat keadaan apartement yang sudah gelap
gulita. Seketika ku hidupkan lampu sebagai penerang jalan ku. Ketika aku hendak
berjalan menuju kamar, ku lihat ve tengah tertidur di sofa, meringkuk
kedinginan. Tanpa berfikir panjang aku dekati sosok nya yang sudah tertidur
pulas itu. Ia menunggu ku sampai harus tidur di sofa seperti ini. Badan nya
yang cukup ringan membuat ku harus menggendong nya menuju ranjang. Sedikit
keberatan memang, tapi tak masalah bagiku demi tak membangunkan dirinya dari
tidur nya yang lelap ini.
Ku selimuti seluruh tubuh nya dengan selimut. Ia mengeliat nyaman
ketika aku menyelimutinya. Seketika aku tersenyum dan kemudian mengelus
pipi nya yang tembem itu. Waktu yang
sudah menunjukkan pukul 02.00 wib, aku akhirnya memilih tidur. Untung saja
besok weekend, jadi tak ada jadwal kantor untuk esok hari. Ku baringkan tubuhku
di ranjang, tepat di sebelah ve yang sudah tertidur pulas itu. Sebelum nya ku
kecup kening nya dahulu dan kemudian aku langsung tidur.
Pagi menjelang. Ku lihat biasan matahari mengenai pelupuk mataku.
Seketika ku hadang dengan lengan ku saat itu juga. Mataku sayu-sayu menatap
seseorang yang tengah berdiri di depan lemari pakaian.
“ve?”
“kinal? Kamu sudah bangun? Hmm rekor sekali kamu bangun jam 11 yah”
balas ve sambil menatap jam dinding
Kemudian aku duduk diatas ranjang sambil mengumpulkan nyawa
terlebih dahulu. Aku kucek kedua mataku untuk bisa melihat dengan jelas di
sekelilingku. Terlihat seketika ve mendekati ku dan duduk di sebelah ku.
“maaf untuk tadi malam nal” ucapnya
“maaf untuk apa?”
“aku udah memaksa kamu untuk jujur, padahal sebenarnya kamu ngak
nyembunyiin sesuatu dari aku kan?” balas nya sambil mengelus pipi ku
“i-i iya...” balas ku gugup
“kalau gitu kamu mandi gih, temenin aku ke mall yah”
“mau ngapain?”
“mau nyari baju nal, lagi diskon hehehe” balas nya manja sambil
menidurkan kepala nya di bahu ku
Seketika aku menggendus pelan, “iya iya” balas ku kemudian turun
dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi
#################################
Akhirnya aku dan ve sampai di mall yang tak jauh dari apartement
kami. Aku dan ve berjalan menyusuri setiap toko pakaian yang ada di mall. Hal
yang sedikit malas buat ku menemai ve berbelanja pakaian yang bisa di bilang
sangat memakan banyak waktu. Namun mungkin saat ini lagi pengen melihat
pakaian-pakaian yang mungkin bisa saja ku beli. Jarang-jarang aku bisa
berbelanja seperti ini.
“ya ampun ve, rame banget ini. Pindah yuk?” ajakku tak nyaman melihat
toko yang cukup padat
“iih.. nanggung nal, itu aku sudah ketemu sama barang yang mau aku
cari”
Saat ini toko yang ku kunjungi dengan ve begitu padat. Tak hanya
dipadati kaum wanita saja, tapi kaum pria pun ikut dalam kepadatan toko ini.
Bagaimana tidak padat? Bisa di bilang hanya toko pakaian inilah yang membuka
diskon besar-besaran.
Aku semakin bete berlama-lama disini. Terus menggoda ve untuk
segera meninggalkan tempat ini, namun ve bersikeras untuk tetap berada di toko
ini. Aku Cuma bisa pasrah, tak ingin membiarkan ve berpadat-padatan bersama
wanita-wanita dan ibu-ibu penggila pakaian diskon ini. Namun tak lama seketika
seseorang menepuk bahu ku dari belakang.
“mas.. mas.. permisi sebentar” ucap seorang SPG mencoba mencari
celah untuk lewat
Seketika
aku menoleh kearah SPG yang menepuk pundak ku itu. Aku keget ketika ia
memanggil ku dengan sebutan Mas .
“maaf,
saya perempuan kali mas, ngak usah di panggil begituan juga” balas ku bete
“eh perempuan toh, dari belakang seperti laki-laki mba. Lagian
dandanan mba kaya laki-laki sih” balas SPG itu seketika melipir meninggalkan
aku dan ve
Tanpa di sadari, sedari tadi ve hanya tertawa kecil melihat
percakapan singkat ku bersama SPG kelemer-kelemer itu. Seketika aku menatap ve
sakartis dan kemudian menarik nya keluar toko.
“hahahaha aku jadi geli dengar nya nal” tukas ve yang masih menahan
tawanya itu
“udah lupain, anggap aja itu manusia planet mars yang panggil
begitu” balas ku bete
“makanya style kamu ubah dong, jangan pake kemeja atau T-shirt dan
celana jeans mulu. Kaya aku nih” sambil menunjukkan style pakaian nya yang
girly itu
Aku hanya menyerngit menolak style nya itu jika terjadi pada
diriku. Memilih untuk diam tak melanjutkan percakapan aneh ini. Seketika ve
menganggu pandangan ku, membuat ku sedikit malu jika di lihat seperti itu. Tak
lama tawa nya pecah dan kemudian merangkul ku penuh kasing sayang. Terkadang suka
mengacak rambut ku dan membuat ku sedikit kesal jika rambutku di acak.
“nal, kita ke toko perlengkapan bayi dulu yah sebelum pulang”
“hah?? Ngapain? Sejak kapan kamu....?” tukas ku menyerngit kaget
“ih apaan sih?” ucap nya seketika memukul manja lengan ku
Akhirnya aku dan ve menuju ke toko perlengkapan bayi. Mataku sedikit
berbinar-binar melihat bentuk lucu perlengkapan bayi ini. Aku merasa gemas
melihat bentuk dan ukuran yang kecil-kecil ini.
“ini bagus ngak?”
“emang cowok bayi nya? Emang buat siapa sih?”
“iihh itu loh kinal, kakak sepupu aku baru lahiran jadi mau beliin
hadiah gitu”
“ouh gitu, bilang dong dari tadi”
Aku pun berjalan meninggalkan ve sambil menyusuri setiap sudut toko
ini. Mencari barang apa yang cocok untuk di berikan kepada bayi laki-laki. Dan tap!
Mataku berhenti di sebuah benda yang cukup lucu dan mungkin kelihatan keren
jika di pakai oleh bayi laki-laki. Aku menggambil satu dan memperlihatkan nya
kepada ve.
“ve, kalau ini gimana? Ini bagus loh, jarang-jarang kali bayi pake
ini”
“ini baju?”
“kain sarung!, ya baju lah ve”
“hahaha iya deh, iya nih lucu. Kamu kok pinter nyari nya?”
“kinal gitu loh” tukas ku sedikit menyombongkan diri
Hari ini cukup melelahkan. Bisa dibilang seharian aku dan ve
berjalan di mall ini. Mungkin 1 lantai kami hitari selama 2 jam. Hingga akhirnya
aku memilih beristirahat di sebuah resto untuk sejenak menyelaraskan energi ku
dan ve setelah bercapek-capek ria menyusuri seisi mall ini.
“besok temenin aku yah ke rumah kakak sepupu ku”
“hm..” balas ku mengangguk sambil menyeruput minuman ku
Sudah 30 menit aku dan ve beristirahat sejenak di resto ini. Aku dan
ve kini sibuk di balik hp masing-masing. Tak ada percakapan yang membuat kami
asik untuk berlama-lama disini. Badan ku terasa pegal, seketika aku menyandar
sambil menatap kasir di depan sana. Namun tiba-tiba saja masuk seseorang yang
ku kenal dari pintu satu resto ini. Seketika aku kaget dan mulai gugup. Ve sedari
tadi terus asik di balik hp nya itu. Dengan cepat aku genggam pergelangan
tangan ve untuk bersiap membawa nya pergi dari sini.
“ve, ayo kita pulang, a-a-aku bosan disini” balas ku gugup
“nal kamu kenapa?” tanya nya heran menatap ku gugup
“ngak kenapa2 kok, yuk” ucapku sambil menarik lengan nya untuk
buru-buru keluar
Aku memilih keluar dari pintu samping yang ada di resto ini,
menjauhkan ve demi tak melihat si pria brengsek itu. Jalan ku cepat untuk
segera menjauh dari resto ini. Tapi ve terus heran menatap ku yang tiba-tiba
saja berubah menjadi aneh. Jauh dari resto itu seketika ve menghempaskan lengan
nya sehingga membuat genggaman ku terlepas.
“kamu kenapa sih nal?”
“gpp”
“tapi kamu kelihatan aneh tauk!”
“ya udah sih, ayo kita pulang”
Kini hari sudah mulai senja. Jalanan jakarta yang macet membuat ku
sedikit kesal. Stir mobil ini aku genggam erat, kadang sesekali aku memijit
kedua alisku. Kenapa dunia ini terasa sempit? Ketika aku berjalan berdua
bersama ve selalu saja pria brengsek itu muncul. Aku yang ingin menjauh dari
nya tapi malah terus-terusan di pertemukan. Apa yang salah dari ku? Mungkin kah
ini balasan atas semua kesalahan ku?
“nal?” panggil ve sambil menyentuh lengan ku. Seketika aku tersadar
dan menoleh kearah nya
“iya”
“kamu baik-baik aja?”
“iya, aku baik-baik aja kok”
“kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari aku kan?”
“ouh... ng-ng-ngk kok”
Pertanyaan yang selalu membuatku gugup. Kenapa harus ada pertanyaan
itu? Aku ingin jangan pernah ada pertanyaan itu. Semakin membuat ku dilanda
rasa takut, kesal terkadang kecewa. Iya kecewa, kecewa terhadap diriku sendiri.
Seandainya perjanjian itu tak aku setujui mungkin aku jauh dari pertanyaan itu.
Tuhan... tolong aku untuk menyelesaikan semua persoalan yang membuat ku menjadi
rumit. Jika memang aku harus menyerah dari semua nya aku harap engkau
memberikan satu hati yang terkuat untuk ve.
~Bersambung
------------------------------------------------------------
Hai^^
Haduuuh... FF ini udah lama banget yah, chapter 2 nya baru bisa di
post sekarang - -“
Maaf yah menunggu lama banget, abisnya saya kehilangan ide saat
itu, tapi sekarang saya mencoba untuk kembali mencari ide yang sempat hilang. Meski
lanjutan nya jelek :’D
Makasih yang udah rela nungguin, yang udah baca chapter 1. Saya sempat
PHP, tapi sekarang ngak. Insyaallah kalau ada waktu saya lanjutin lagi yah J
Oiya terima kasih buat yang udah ingetin soal FF ini^^
Terima kasih yang sudah membaca J