Yokaze no Shiwaza
(Perbuatan Angin Malam)
“aku
pergi, jaga dirimu baik-baik”
Mengecup
keningku dan kemudian membelai rambutku pelan. Meninggalkan ku dengan kesibukan
nya yang sangat membuat ku sedih. Ia pergi dengan pakaian kantor nya di selimuti
dengan mantel hangat nya.
Aku
menatap setiap langkah kaki nya itu. Hanya terlihat punggung nya. Tegap dan
tinggi besar. Sulit buat ku hanya untuk melepaskan nya bekerja seharian. Seakan
ini membuat ku tak bisa hidup tanpa nya. Terhitung semenjak kami bersama tak
ada waktu yang ku rasakan bisa berada di samping nya lama.
Malam
menyambutku yang sendirian duduk di kursi panjang taman ini. Terlihat bulan
sabit yang berwarna orange berpura-pura di pojok langit itu. Bagaikan tak ada
yang menemani nya di langit hitam yang selalu datang menerpa kesendirian ku. Berharap
setiap kali aku merasakan kesendirian ini ada satu suara yang mampu membuat ku
menghilangkan rasa rindu ini.
“apakah
telepon saja tidak bisa? Padahal aku merindukan mu dan terus menunggu kamu”
tukas ku pelan sambil menatap layar hp ku
Kesibukan
nya yang selalu membuat ku terus merasa sepi. Tak beda jauh dengan hari-hari
sebelumnya, tentang hari ini pun ia tetap sibuk dengan pekerjaan nya. Aku tau,
aku sadar dan mengerti atas semua kesibukan nya. Tapi setidaknya ia bisa
mengerti perasaan ku yang kini selalu sepi. Ketika malam tiba tak ada
kehangatan peluk nya yang kurasakan. Selalu di buat akan rasa kerinduan sepi
melewati malam yang dingin.
Aku
berjalan sendirian di jalanan aspal ini, tak ada terdengar suara apapun yang
bisa membuatku sedikit berfikir tenang. Tapi sama saja, suara kaki ku pun
terasa sepi seakan aku ingin menendang kaleng kosong. Memberikan satu suara,
melampiaskan segala apa yang kurasakan saat ini.
Jalan
ku sambil menatap bulan sabit yang masih saja diam sendirian di langit itu. Tak
ada awan yang menyelimuti nya. Mungkinkah bulan ini seakan menceritakan semua
yang ku rasakan saat ini. Berapa pun banyak nya bintang di langit sana tak
ingin menjadi satu yang sempurna di diriku. Cukup bintang ku hanya lah dirinya,
satu-satu nya penarang ku. Berkelap-kelip di dalam jiwaku hingga selalu menjadi
lampu yang selalu menerangi setiap sudut hati ku yang gelap.
Aku
terus berjalan hingga mendapat sebuah ayunan berwarna-warni di taman ini. Aku mendekati
ayunan itu, aku duduk diatas nya. Terasa dingin sehingga membuat ku sedikit
merasakan suntikan dingin yang cukup membuat ku menggigil.
Terus
berkali-kali aku menatap daftar telpon yang masuk. Tak ada nama nya tertera di
situ. Memainkan setiap jari jempol ku memainkan layar hp ku. Berharap ia akan
menelfon ku, meninggalkan jejak bahwa ia baru saja menelfon ku. Tapi seakan
semua hanya bisa ku angan kan, tak ada yang berbeda. Sama, tak ada yang berubah
dari daftar telfon yang masuk ini.
Merasakan
sikap nya yang dingin akhir-akhir ini. Terasa kini hanya aku yang merasakan
berat cinta , hingga merasakan semua ini terasa berat sebelah, tak ada balasan
suci yang kurasakan. Ia terlalu sibuk, tanpa merasakan atau menyadari aku yang
kini telah menjadi miliknya. Berharap tak akan ada pesan tertingal setiap sepi
mengundangku, cukup telfon dan tanya aku apa yang sedang aku rasakan sekarang.
“aku
rindu~” ucapku pelan dengan suara gemetar menahan tangis
Aku
ingin segera bertemu dengan nya, terus menahan tangis ku. Merasakan aku ingin
terbang kelangit itu, aku ingin ditemani bulan dan bintang-bintang agar aku tak
bisa merasakan kesepian seperti ini.
Berfikir
entah apa yang kulakukan saat ini. Kenapa aku bisa jadi suka seperti ini,
setiap malam. Setiap ia selalu meninggalkan ku. Seakan angin malam selalu
membawa ku kesini, menusuk setiap pori-pori kulit ku. Dingin hingga aku
merasakan kerinduan sosoknya. Ingin di peluk hangat oleh sosoknya. Seakan semua
terjadi karena perbuatan angin malam.
Masih
dengan keadaan ku yang terus menunggu sosok nya disini, sepi, sendirian. Tentu saja
aku menunggu hingga aku terus menahan air mataku. Melampiaskan segala amarah ku
yang selama ini ku pendam. Namun aku urungkan karena aku malu, tak bisakah aku
menjadi bulan yang ada di langit itu? Ia yang selalu sendirian tak pernah
mengeluh apalagi menangis, ia selalu sendirian. Hanya bintang-bintang itu yang
selalu menemani nya.
“telfon
aku, aku ingin kamu mengabari ku, ajak aku untuk bisa menemui mu disana” ucapku
sendirian terus menatap layar hp ku
Tak
ada jawaban atas semua ucapan ku. Ingin rasanya aku pergi kesuatu tempat. Butuh
sesuatu yang bisa membuat ku tenang. Bukan kamar, tempat yang selalu sepi. Sendiri.
Aku mengukuh kuat tak ingin pulang. Memilih terus sendirian sampai ia bisa
datang menemui ku atau mungkin mengabari ku bahwa ia akan terus berada di
samping ku.
Berlarut-larut,
berlama-lama, hingga waktu tak terasa bagi ku. Malam yang semakin dingin. Kesepian
semakin terasa, jalanan sepi menandakan waktu yang tak pantas lagi untuk bisa
berkeliaran di malam hari.
Sampai
berapa lama lagi aku harus menunggu nya, hingga aku bisa bertemu dengan nya. Apakah
aku disini saja sendiri sampai pagi, menunggu dirinya. Aku terlalu serius kah? Terlalu
bodoh atau berlebihan? Entah lah aku hanya ingin bertemu dirinya. Menikmati malam
yang sunyi ini. Memikirkan keesokan hari yang tentu saja pasti akan bertemu dirinya,
tapi aku tak ingin. Aku tak ingin pulang. Berharap ia datang menjemputku saat
ini. Peluk aku.
Menatap
pilu kesendirian ku, entah berapa lama aku terus menunggu nya. Percuma saja aku
lakukan semua ini, ia mungkin saja tak akan mencari atau mengkhawatirkan ku. Aku
mulai bosan untuk terus berada di sini. Hingga akhirnya aku memilih kembali,
menegakkan tubuh ku lemas sambil menghela napas pelan.
“kamu
ingin pulang?” tukas seseorang menyadarkan ku dari kepiluan hati
Seketika
aku menegakkan kepala ku. Mataku ku yang sayu kini membelalak. Sosoknya yang
kutunggu tepat berada di hadapan ku. Berdiri tegap, masih mengenakan baju
kantor dengan di selimuti mantel hitam nya. Ia tersenyum kearah ku.
Merasa
tak percaya apakah ia yang kini berada di hadapan ku. Tak tersadar air mataku
jatuh hingga membasahi pipi ku. Seketika aku berlari mendekati dirinya dan ku
peluk dirinya erat saat ini. Ia memelukku pun dengan erat nya. Ia terus mengecup
kepala ku sesekali membelai rambut ku sambil tertawa kecil.
“kamu
tau aku berada disini?” tanya ku mendongkak kearah nya
“tentu
saja aku tau, detak jantung mu adalah detak jantung ku juga” balas nya
tersenyum kearah ku
Aku
membalas senyum nya itu. Kembali ku peluk erat tubuh nya yang hangat. Tak lama
seketika ia melepaskan pelukan ini pelan. Ia menggenggam erat lengan ku dan
menatap ku dalam.
“jangan
diam sayang, katakan apa yang ingin kamu katakan. Jika kamu ingin terus bersama
ku, katakan itu” tukas nya terus menatap ku dalam
Aku
tertunduk ketika ia mengatakan hal itu. Aku tak berani menjawab pernyataan nya
itu yang sebenarnya selalu menjadi permasalahan bagi ku.
“aku
akan berhenti demi kamu”
“jangan!”
balas ku kaget
“kenapa?
Pekerjaan bukanlah hal yang utama sayang, yang penting kebahagiaan kamu dan aku”
balas nya sambil menyentil manja hidung ku
“pekerjaan
adalah tanggung jawab kamu sayang”
“sudah
lah, semua sudah terlambat. Aku sudah mengundurkan diri” balas nya berjalan
santai. Aku menatap nya heran.
“kamu
mengundurkan diri? Terus bagaimana? Ini semua salah ku, tak seharus nya aku
berlaku seperti ini”
“sudah
lah, jangan menyalahkan diri sendiri sayang” tukas nya kembali menggenggam erat
lengan ku. Aku malah menatap nya bingung.
“kita
akan pergi dari sini, aku akan ajak kamu pindah dari sini. Soal kerjaan aku
sudah memiliki perusahaan sendiri dan itu tak akan bisa membuat ku lebih sibuk
seperti sebelumnya”
“kamu
serius?”
“ya”
Sepintas
ucapan yang aku anggap itu tak benar malah di lakukan nya dengan serius. Memilih
mengundurkan diri dari kantor nya demi aku. Sedikit aku merasa bersalah saat
ini, namun ia terus menolak permintaan maaf ku. Tak menginginkan aku menyesali
semua yang telah aku lakukan.
“kita
pulang, besok kita akan pergi dari sini” tukas nya kemudian merangkul ku
“hm..”
balas ku mengangguk tersenyum
Hingga
akhirnya tak ada lagi yang bisa ku sesali saat ini. Ketika perbuatan angin
malam selalu menerpa ku. Tak akan ada lagi malam yang sunyi ku dapati, kini
hangat dan penuh akan setiap desahan nafas ku. Cukup jika semua yang dulu itu
terjadi sekali. Berharap kebahagian akan terus berada bersama aku dan dirinya.
Terus
lah menjadi angin malam, tapi tak akan pernah ku rasakan perbuatan nya. Kini aku
hangat dalam pelukan nya yang erat.
THE END
-----------------------------------------------------------
Hai.. :D
FF terbaru hehe
Cerita yang tentu saja terinspirasi dari
sebuah lagu. Lagu yang cukup galau sih haha tapi cerita ini tidak saya bikin
galau, karena kalau galau itu terlalu mainstream :v
Maaf jika cerita nya jelek dan
membingungkan, karena saya bercerita berdsarkan apa yang sedang saya pikirkan.
Lagu yang menginspirasi cerita ini
adalah sebuah lagu dari team J di setlist Theater no Megami. Yang nyanyiin oshi
saya sendiri >.< Jessica Veranda ( @veJKT48 )
Ok itu saja yah. Terima kasih yang sudah
membaca^^
0 komentar:
Posting Komentar