Kamis, 27 Agustus 2015

Fanfiction : Ame no Pianist (Sang Pianist Hujan) -Inspired by Team T JKT48-

Ame no Pianist 
(Sang Pianist Hujan)

Hari ini entah apa yang ada di dalam pikiran nya sehingga membuat ku takut. Ketika ia mengajak ku duduk di sofa yang berwarna merah ini. ia terdiam menyembunyikan sesuatu. Aku menatap nya heran hingga penasaran apa yang ingin ia katakan. Masih menunggu hingga ia benar-benar mengatakan apa yang ingin dia katakan.

“selamat tinggal” tukas nya lembut mengagetkan ku seketika melemah

Dengan tiba-tiba ia mengatakan hal itu padaku. Aku hanya tertuduk di pingiran sofa, hanya duduk dan terdiam mencerna apa yang telah ia katakan. Sambil menggigit kuku jemariku.

“aku yakin akan ada yang lebih baik untukmu” tukas nya lagi menatap ku.

Tatapan mu yang aneh, menatap ku seperti melihat anak kecil. Apa maksud dari semua ini? apakah kembali terulang lagi takdir  masa depan yang seakan membuatku takut. Terdiam tanpa aku bisa mengatakan balasan atas ucapan nya itu.

Bisakah aku untuk tetap tenang kali ini? ya, kini aku hanya bersikap tenang. Aku tahu pasti ia akan mengatakan hal itu padaku. Perasaan yang sakit memang kurasakan, perjalanan selama ini terbuang sia-sia. Aku yang bodoh tak lagi bisa mengerti nya. ia berbalik berdiri dan berjalan memunggungi ku dan mulai bersikap dingin.

“kau menyerah?” ucapku dengan suara parau menahan tangis seketika menghentikan langkahnya

Dia yang kini telah dewasa hanya menganggap semua itu hanya kata percuma. Hanya membalas dengan senyum manis nya. aku tau itu semua hanya untuk meyakinkanku saja.

“hey! Jawab aku??” teriak ku dengan suara parau berlebih sesak menahan tangis

Ia berbalik kearah ku tersenyum “aku yang salah, kamu berhak untuk marah” kata-kata yang terucap dari mulut nya membuatku membisu seketika. bukankah cinta ini seharusnya antara kita berdua? entah apa yang harus aku lakukan saat ni. Semua benar-benar diluar kendali ku, hal yang pertama ku dapati dengan perasaan yang campur aduk seperti ini.

Kini ia pergi meninggalkanku sendirian duduk di sofa ini. mematung aneh menatap kosong lantai tanpa ujung ini. aku tersadar dari keras nya hantaman batu mengenai dadaku. Aku berdiri meninggalkan tempat ini. namun seakan langit melarang ku untuk pergi dari tempat ini. hujan deras membuat ku terkurung di tempat ini.

“hujan~ huftt...” gerutu ku menatap jendela

Aku ingin pulang. Ingin sendiri, bukan di tempat ini. ramai dengan pengunjung. Berdua, bermesraan, saling mengobrol. Aku disini sendirian, tak ada lagi yang bisa menemaniku. Tanpa berfikir panjang aku kembali ke sofa tadi. Duduk sembari menunggu hujan segera reda.

Menghilangkan sedikit kejenuhan ku di cafe ini aku hanya bermain dengan handphone ku. Aku tak memperdulikan seisi cafe ini. namun entah kenapa sebuah keributan kecil membuyarkan fokus ku saat tengah bermain handphone.

“ada apa?” “waaah apa dia yang main?” “indah sekali~” “romantis”

Suara-suara pengunjung itu membuatku penasaran. Kenapa mereka mengintip keluar cafe? Bukan kah di luar tengah hujan. Apa ada hal aneh sehingga harus menjadi bahan perhatian di luar sana?. Aku terus bertanya-tanya di balik kerumuman orang-orang di cafe ini.

Jeeeeng.......!!!            
Terdengar suara piano jelas di telinga ku. Aku menginjit melihat siapa yang sedang bermain piano itu.

“ada apa sih?” tanya ku pada seseorang yang ikut dalam kerumuman ini

“ada yang main piano di luar sana” balas seseorang yang aku tanyai itu

“siapa? Ada-ada saja bermain piano di luar. Dan ngak tau apa di luar lagi hujan” batin ku sedikit mengomentari seseorang yang tengah bermain piano itu.

Aku kembali duduk di sofa ku. Sambil menatap heran kerumuman orang-orang itu. Aku memang begitu penasaran, namun urung ku lakukan untuk melihat nya dan kembali memainkan handphone ku.

Di tengah kota ini, disaat hujan seperti ini. aku terus mendengarkan lantukan suara piano yang merdu. entah kenapa aku larut dalam alunan melodi piano nya. mungkinkah sang pianist ini sedang jatuh cinta? Terasa kini melantunkan asmara dari setiap tekanan not di keyboard piano nya. namun di melodi kedua pianist ini memainkan melodi yang sedih. Ini seakan membuatku terhenyut sakit di dadaku. Apakah pianist ini juga merasakan sakit yang sama kurasakan saat ini?

Terus larut dalam alunan nya. seketika aku merasa aneh dan kaget. Suara piano itu terdengar pelan. Lebih pelan dari melodi yang ku dengar sebelumnya. Ini terdengar cukup sedih. Namun aku kenal betul alunan melodi piano ini. seketika aku berdiri dan terasa mata ini ingin mengeluarkan air. Alunan musik itu kian terasa ku dengar, menusuk seluruh celah yang ada di hatiku dan siap untuk merobek nya dengan keras.

Aku langsung berlari dari sofa yang ku duduki tadi hingga menerobos kerumuman orang-orang yang masih memperhatikan pianist itu melantunkan melodi-melodi indahnya. Hingga akhirnya aku terhenti di depan pintu ini. menatap dia, iya dia. Seseorang yang membuatku takut saat itu, kata selamat tinggal yang secara tiba-tiba ia ucapkan kepadaku. Ia bermain piano di bawah hujan yang cukup deras ini. aku mematung menatap nya. mataku berkedip hingga tertetes lah air mata ku.

Menggepal kedua tangan ku mendengar melodi ini. jarinya nya begitu fasih memainkan setiap not yang ada di keyboard nya. jarinya yang tertetes oleh air hujan membuat itu terasa sedih. Menekan penuh arti setiap window di keyboardnya. Aku tau ini concerto yang hanya untukku. Dia pernah mengatakan nya padaku ketika ia mengajariku tentang lagu ini.

Terus bermain hingga aku menagis sesak menatap nya di luar sana. Sudah terlihat basah kuyup, kedinginan. Namun ia terus memainkan lagu-lagu ini dengan pelan. Pernah aku dengar lagu ini, lagu yang pernah ia dengarkan kepada ku. Lagu perpisahan dari chopin. Kini air mataku semakin deras mengalir sambil mengusap pipi ini. di dalam dadaku kini terasa sakit.

Aku dekati sosoknya hingga air hujan ini membuatku basah. Aku berjalan pelan, setiap urat ku terasa kaku. Namun aku terus berjalan, sesekali aku mengusap air mataku yang kini telah bercampur dengan air hujan yang dingin. ia yang terus fokus dengan piano nya, bermain kasar hingga semakin membuatku takut.

Kini aku dekat dengan nya, berdiri disamping nya. menatapnya dengan berlinangan air mata. Namun ia terus memainkan lagu perpisahan ini. tangis ku pecah di samping nya. seketika suara piano itu melemah dan hilang. Aku menutup wajah ku dengan kedua telapak tangan ku. Begitu sesak sehingga aku tak berani menampakkan wajah ku di hadapnya. Seketika ia menyentuh kedua pundakku. Aku tersadar dan memperlihatkan wajah ku yang memerah ini di hadapnnya. Seketika ia tersenyum kearah ku. Aku membalasnya pun begitu.

Tak lama ia memelukku. Aku terhempas di pelukannya deras. Langit semakin lelah untuk melihat ini. terus menagis hingga membuat aku dan dia basah kuyup.

“lagu yang hanya untuk mu” bisiknya tepat di telinga ku

Seketika aku kaget dan menghempaskan pelukannya. Tangan ku semakin menggepal erat. Bertanda aku kini sudah tak tahan lagi untuk menahan sesak seperti ini.

“segitukah nyali mu? Kamu lemah!” teriak ku di hadapnya

Hujan terus menghantarkan setiap keluhan hati ku saat ini. tak terasa reda dan malah semakin deras. Air mataku kini dingin, bercampur langit yang juga menangis.

“setidaknya perpisahan ini adalah perpisahan terindah sebelum aku tak bersama mu lagi”

“ini tidak indah!” bentak ku di hadapan nya

Tak sedikit pun kata-kata terlontar dari mulut nya. awalnya ia mematung melihat ku membentak nya namun tak lama ia tersenyum kearah ku. Apa maksud dari semua senyuman nya itu. Aku tak butuh semua itu, aku hanya butuh jawaban atas apa yang seharusnya aku tau. Mana janji yang pernah dia ucapkan kepada ku dulu, semua kini hanya pengingkaran sesal buat mu kan? Aku kecewa berat saat ini.

Aku tertunduk menahan tangis di hadapan nya. aku tak menyadari kini tangan ku telah ada dalam genggaman nya. ia membelai pelan hingga menyadarkan ku.

“boleh kah aku main dengan melody yang berbeda?” pinta nya tersenyum kearah ku

Aku hanya terdiam mematung mencerna setiap ucapan nya. ia duduk di kursi nya itu kemudian memainkan sebuah melody yang tak pernah kudengar sebelum nya. ia bermain dengan tenang. Menikmati alunan concerto yang ia mainkan. Aku tetap saja diam, tak mengerti apa maksud dari pinta nya ini.

Tak lama ia menghentikan permainan nya dan kembali berdiri di hadapan ku. Menatap ku sendu. “kamu ngak suka melodi ini?” tukasnya membuatku semakin heran dengan sikap nya

“apa maksud kamu? Aku ngak ngerti!” balas ku menada tinggi

Tentu saja dengan sikap dewasa nya. ya, dia tetap membalas semua emosi ku dengan senyuman manis nya. aku kini semakin bingung dibuatnya. Namun entah kenapa tiba-tiba saja ia mendekatkan wajah nya ke hadapanku, aku kaget dan seketika gugup. Tanpa tersadar aku menutup mataku, namun apa yang dapat sebuah suara yang begitu dekat dengan telinga ku. Ia membisikkan sebuah kata-kata untuk ku.

“aku yakin semua akan baik-baik saja, aku akan pergi” bisiknya membuat mataku terbuka begitu saja

“kamu mau kemana?” tanya ku menahan tangis

“kebahagiaan mu bukanlah di aku, aku bukan lelaki yang pantas untukmu”

“apa semua ini karena orang tua ku?”

“bukan”

“jadi apa?”

“kamu akan tau nantinya” balas nya hanya tersenyum kearahku

Kemudian ia duduk di kursi piano nya kembali. Memainkan sebuah melodi yang tak asing lagi di telinga ku. Tanpa harus berkata-kata apapun, semua sudah berakhir. Aku harus apa? Semua sudah tak bisa di pertahankan lagi. Mungkinkah ini takdir masa depan ku?

Aku mendekatinya yang duduk di kursi itu. Menatap jari-jarinya yang begitu telaten memainkan setiap not di keyboard nya. aku letakkan kedua tangan ku di atas pundak nya. menikmati setiap alunan lagu yang ia mainkan.

Jika memang semua harus berakhir aku harus benar-benar terima. Semua ketakutan ku dulu kini hilang. Rasa yang kutakuti itu kini telah terlewati begitu saja. Hari ini, hari dimana untuk yang terakhir kalinya aku menikmati dan melihat ia bermain piano. Dibawah hujan yang tak ada henti-hentinya ini. sekian banyak pertanyaan yang ingin aku katakan padanya, tapi semua aku urungkan. Biarkan semua menjadi kenangan, hidup tak mesti mendapatkan yang indah tapi yang paling penting mendapatkan sebuah kebahagiaan. Jika memang kebahagiaan ku adalah dikamu semua akan kembali. Terima kasih atas semua keindahan yang pernah kamu berikan kepadaku. Tak akan pernah aku lupakan wahai sang pianist hujan.

“mainkan lah lagu yang lain” bisikku ke arah telinga nya




THE END

-------------------------------------------------

Hai J saya kembali dengan cerita yang berbeda hehe :D
Cerita yang terinspirasi dari lagu Ame no pianist yang di nyanyiin oleh member team T JKT48 di setlist Te wo tsunaginagara.
Maaf kalau jelek yah, karena saya iseng-iseng aja buat FF ini hehe
Ceritanya sengaja saya buat complicated biar beda dikit :p


Terima kasih yang sudah membaca^^

2 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com