Selasa, 04 Agustus 2015

Fanfiction : Kotak Musik Gre (10) ( #GreMids JKT48 ) [Final]

Kotak Musik Gre (10)

Kecepatan lari ku kini berkurang. Semakin lama semakin pelan. Begitu sesak kurasakan, kini sesak bercampur kesakitan. Aku duduk di halte sembari menyelaraskan nafas ku yang terengah-engah. Aku duduk sambil tertunduk. Sendirian. Di tempat ini. tak ada hujan atau pun gerimis yang membuat ku terhenti di halte ini. tempat yang tak akan pernah ku lupakan. Tepat di sebelah ku ia berdiri memeluk bungkusan sambil menunggu hujan reda. Namun kini seakan tak bisa ku rasakan lagi, aku hanya sendiri menatap bayangan aku dan dia yang dulu hanya orang biasa yang menunggu hujan reda. Awal di mulai perkenalan ku dengan nya akibat bersin itu “haha” seketika tertawa sendiri mengingat kejadian lama itu. namun entah kenapa aku malah menyembunyikan suara tawa itu menjadi kemurungan. Aku mengendus pelan kemudian berdiri. Aku berjalan hingga keluar dari area halte ini.

“kenangan awal tak akan pernah ku lupakan gre” ucapku sambil menatap pilu halte ini. aku pun kemudian berjalan pelan untuk segera pulang. Tak banyak waktu ku untuk berlama-lama disini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

“aku pulang” sahut ku sampai di depan pintu rumah

“hamids”

“kak kinal? Kok bisa ada disini?” tanya ku yang heran melihat kak kinal tiba-tiba saja ada di dalam rumah ku

“eh kamu sudah pulang sayang, ini ada tamu buat kamu” ucap mama yang datang sambil membawa secangkir teh

“di minum dulu yah. Tante ke dapur dulu” lanjut mama

“iya, makasih tante” jawab kak kinal tersenyum

Aku duduk menyerong ke arah kak kinal. Menunduk bercampur sedikit heran. Kenapa kak kinal ke rumah ku dan tanpa sepengetahuan ku dahulu. Tak ada satu kata pun yang terlontar dari mulutku. Kak kinal hanya terus menatap ku tak biasa.

*mengendus pelan* “sudah bicara pada gre?” tanya kak kinal seakan membuatku menegakkan wajah ku

“belum”

“kamu mau dia sedih berlarut-larut?”

“aku ngak mau kak” jawab ku pelan

“terus kenapa harus menahan semua itu sampai sejauh ini?”

“a-a-a aku.....”

“mids, gre itu beda dari cewek lain. Dia ngak mudah terus menerima. Kamu perlu beri waktu dia untuk berfikir mids. Tapi semua sudah terlambat. Kamu sudah menghancurkan semua nya” ucap kak kinal tegas

Ketegasan nya seakan membuat ku takut. Iya aku yang salah, aku yang bodoh. Tapi bagaimana? Semua sudah terjadi.

“jam berapa kamu berangkat?”

“malam kak, sekitar pukul 11 malam”

“kakak harap kamu bisa mengatakan nya mids” ucap kak kinal sambil menepuk pundakku

Aku yang tak tahu lagi ingin berkata apa hanya bisa menyerah. Aku memilih apa yang sudah ku tentukan. Biarkan aku dengan kebahagiaan ku.

Seketika aku berdiri mengkepal kedua tangan ku sambil memejamkan mata “maaf, aku ngak bisa” ucapku

Aku pun kemudian pergi meninggalkan kak kinal sendirian di ruang tamu. Aku tahu pasti ia menatap ku kecewa. Yap aku hanya bisa mengatakan hal itu, cukup jika memang gre tak bisa menerima semuanya. Aku ikhlas jika gre akan membenci ku nantinya. Aku harap ini bukan hal yang buruk buatku nantinya.

######################################

aku termenung di kursi meja makan ini sambil memainkan sendok ku di sepiring nasi yang sama sekali belum ku makan sedikit pun. Menompang dagu menatap kosong semangkuk sup buatan mama ini.

“nin... sayang??” panggil mama seakan mengagetkanku

“iya mah”

“kamu kok belum makan? Ngk suka yah?”

“ngk kok mah, nina lagi ngak nafsu makan aja”

“kamu harus makan nin, nanti malam kamu kan harus berangkat”

“ma, jujur sama nina. Mama yakin nina tinggal sendirian di sini?”

“apa maksud kamu?”

“ma, sejak papa udah ngak ada lagi di rumah ini Cuma ada mama dan nina. Kakak juga jarang kesini semenjak sibuk di surabaya. Truss sekarang nina akan ninggalin mama di saat situasi seperti ini. apa mama yakin dengan keputusan mama? Kalau tidak nina bisa batalkan keberangkatan ini”

“jangan sayang”

“nina tau apa yang mama rasakan saat ini, tolong jujur mah” ucapku memaksa

Seketika mama berhenti mengunyah makanan nya, menaruh pelan sendok dan garpu pelan.
“mama mau ke kamar dulu” ucap mama kemudian pergi meninggalkan ku sendirian

Aku hanya menatap mama berjalan menuju kamarnya. Kini apa yang bisa ku perbuat. Seseorang yang sudah tau aku akan pergi malah sebenarnya berat buat melepasku. Apalagi gre, dia yang sama sekali belum sempat ku beritahu.

Aku mengusap wajah ku tak bisa menjelaskan lagi apa yang bisa ku jelaskan. Makan siang terakhir ini seakan ternodai akibat omongan ku yang seakan membuat mama sedih. Maaf mah, nina hanya ingin kejujuran mah. Nina yang sayang sama mama sebenarnya berat buat ninggalin mama jauh. Tapi mama memaksa untuk tetap maju dalam beasiswa ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku duduk di balkon kamar ku menatap langit yang kian senja ini. aku memeluk sebuah kotak berwarna ungu. Ku buka kotak itu. Aku ambil semua kota kecil berbentuk persegi berwarna pink ini. ku buka kotak itu dan terdengar suara merdu dengan boneka kecil sedang menari di atasnya. Aku menatap kotak itu tersenyum. Tak sadar air mataku jatuh tak tertahankan lagi.

Kota musik yang tak jauh beda dari milikmu gre, aku juga memilikinya. Kotak musik dari sahabat ku yang kini juga sudah jauh dari dunia ini. setiap malam aku selalu menatap kotak ini sebagai penghilang rasa rinduku padamu gre. Dan untuk kedepan nya kotak ini akan terus ku pegang sebagai penghilang rasa rinduku padamu gre.

Kini malam menjelang. Aku segera bersiap-siap untuk segera berangkat menuju bandara. Semua koper sudah di masukkan kedalam mobil dan siap menuju bandara. Aku diantar mama. Aku duduk di sebelah mama yang terus menatap jalan lurus kedepan. Mama sama sekali tak mengeluarkan sedikitpun ucapan nya buatku. Aku yang tak berani lagi berkata hanya bisa diam takut jika aku akan membuat hati mama sedih.

“mama mau nungguin nina sampai penerbangan dimulai?” tanya ku

“ngak, mama hanya mengantar mu sampai disini saja. Kamu juga harus bergabung dengan rombongan kamu kan. Mama pulang dulu yah, kamu hati2 di sana. Kabari mama kalau sudah sampai” sambil tersenyum kearah ku

“ma?”

“iya”

“maaf” ucapku sambil memeluk mama erat

“sudah~ tidak masalah, mama ngerti kok” ucap mama sambil melepas pelukan nya dan menatap wajah ku tersenyum

“sekarang kamu masuk gih, yang lain sudah nungguin. Selamat jalan sayang” sambil mengecup kening ku

“iya, nina masuk dulu” ucapku sambil melambaikan tangan ku ke arah mama.

Perasaan berat harus pergi jauh dari mama kini melandaku. Aku jalan masuk menuju bandara seakan tak ingin meninggalkan mama sendirian. Tapi apa daya ku yang tak mungkin lagi kembali. Nina akan segera kembali buat mama.

Aku duduk di kursi tunggu hingga penerbangan tiba. Termenung pilu menatap kosong lurus. Teman-teman yang serombongan dengan ku terlihat bahagia. Tapi aku? Aku malah terduduk pilu di kursi tunggu bandara ini. sekian lama menunggu ternyata penerbangan delay, sehingga membuat ku dan yang lain menunggu lagi untuk beberapa menit.

“pak, saya beli minuman di sana dulu yah” ucapku pada guru pembimbing ku

“iya, pergi lah”

Aku pun pergi menuju kantin bandara untuk membeli sebotol minuman. Tak lama akhirnya aku mendapatkan minuman itu dan segera kembali ke rombongan. Jalan ku tak fokus hanya sibuk membuka tutup botol minuman ini.

“hamids!” teriak seseorang menghentikan langkah ku. Seketika aku menoleh ke belakang tepat persis suara itu ku dengar. Seketika aku kaget melihat gre menatap ku sambil menitihkan air mata nya. aku mematung melihat sosok nya tepat di hadapanku. Ia mendekatiku dengan pipi nya basah bekas air mata. Apa? Inilah yang kamu dapatkan mids? Inilah hasil nya, rasakan. anggap semua ini tamparan keras dari amarah nya bercampur air matanya.

“ge-ge-gree??” panggil ku gugup

“kenapa? kamu kaget?” ucapnya. Aku malah gugup ngak karuan.

“kenapa kamu ngak bilang semua dari awal mids? Kenapa? ini seakan membuatku sakit mids, kamu begitu tega sama aku” ucapnya dengan derasnya air mata nya

“maaf gre” ucapku tertunduk

“ka-ka-kamu boleh benci dan marah sama aku gre. Aku terima. Sudah sepantasnya aku depaetin itu” ucapku lagi sambil menyentuh kedua pundaknya

Ia hanya tertunduk sambil menangis. Aku yang tak kuat lagi dengan ini hanya bisa pasrah dan menahan kesakitan akibat perbuatan ku sendiri. Aku tahu betapa perih nya hati mu saat ini gre. Tak lama kak kinal dan kak ve tiba2 saja muncul ke hadapan ku. Mereka berdua tersenyum kearah ku.

“maaf, kakak yang bilang semua nya pada gre” ucap kak kinal

“dan surat ini. kakak temukan di cafe, sengaja tak mengembalikan nya ke kamu. Kakak hanya ingin kamu bisa jujur pada gre. Tapi kamu benar-benar tetap dengan pendirian mu untuk tidak mengatakan nya pada gre” lanjut kak kinal

“ja-ja-jadi....” ucapku kaget

“iyah”

“ya sudah lah kak, semua sudah terjadi”

“semoga kamu sukses di sana yah, gre akan selalu tungguin kamu” ucap kak kinal sambil menoleh kearah gre yang di peluk oleh kak ve

Seketika aku menatap gre pilu. Aku dekati sosoknya yang menangis dalam pelukan kak ve. aku panggil nama nya hingga ia menoleh kearah ku.

“hak kamu lagi gre, kamu mau menunggu aku atau tidak” ucapku tersenyum kearah nya. ia masih menatapku dengan sesak tangisnya.

Kemudian aku menggambil sesuatu dari dalam tas ku.
“ini gre, kotak ini akan selalu menjadi penyemangat ku dan menjadi penghilang rasa rinduku ke kamu”

Seketika gre kaget melihat kotak musik itu yang begitu persis dengan miliknya.
“kotak musik ini?” ucapnya menatap heran kearah ku

“ya, begitu serupa dengan milikmu kan? Kotak musik ini juga pemberian dari sahabat ku yang juga sudah jauh dari dunia ini. aku tak pernah cerita ke kamu masalah ini, karena cukup hanya aku yang tau, namun keadaan membawa ku berani memperlihatkan kotak musik ini kepadamu”

Seketika gre membuka tas nya dan mengeluarkan kotak musik yang sama. Aku tak menyangka ia membawa kota musik itu. “kamu membawa nya juga gre?” ucapku semeringah

“iya”

“baiklah, jika kita saling merindu putar kotak musik ini sebagai pembayar nya yah?” ucapku

“iya” ucapnya tersenyum kearah ku

“hamids!! Ayo kembali, kita akan segera berangkat” teriak guru pembimbingku

“gre, aku harus pergi. Maaf atas semua yang pernah ku perbuat sehingga membuatmu kecewa” ucapku sambil menggenggam kedua tangan nya

“aku pergi gre, kak kinal, kak ve” sambil tersenyum. Jalan ku terus mundur. Namun kedua tangan ku masih di genggam erat oleh kedua tangan gre. Aku memberi senyuman pengertian kepada dirinya sehingga ia rela melepaskan tanganku dan kemudian merelakan ku untuk pergi.

Hingga akhirnya aku jauh dari hadapan nya. tak sadar air mataku jatuh. Ketika berada di hadapanya aku sudah merasa air mata ini akan segera jatuh. Namun semua ku tahan demi gre. Aku benar-benar tak tega meninggalkan sosoknya. Aku ingin kembali kepelukannya.

Hingga akhirnya aku sudah duduk di dalam pesawat. Sambil menunggu pesawat ini akan segera mengudara.

Gre POV

“aku akan selalu nungguin kamu mids, kamu jangan nakal disana” batin ku menatap lapangan terbang ini dari balik kaca yang besar di temani dua kakak yang sangat ku sayangi ini

“hamids pasti kembali buat kamu gre” ucap kak kinal sambil merangkul ku
Tak lama dari balik kaca yang besar ini. pesawat akan segera lepas landas. Aku hanya bisa menatap pesawat itu dengan air mata. Aku tak bisa menahan air mata ini. meski aku sudah melihat nya untuk terakhir kalinya. Menunggu kamu itu sesuatu yang sulit buat ku mids, tapi aku mencoba demi kamu.

Hingga akhirnya pesawat lepas landas dan mengudara di langit. Aku mengendus pelan sambil melambaikan tangan ke pesawat itu.

“hamids sudah pergi, ayo sekarang kita pulang” ajak kak kinal

“iya” ucapku sambil menghapus air mataku. Namun  ketika hendak menatap kedepan jalan seketika aku terkaget merasa tak percaya.

“gre?” panggil nya tersenyum kearah ku dan mengepakkan kedua tangannya untuk memberikan tubuhnya buat ku peluk erat

“hamids?!!” teriak ku kaget . seketika aku berlari mendekati dirinya dan kemudian memeluk nya erat. Air mataku pecah di pelukannya saat ini. aku tak percaya kini ia kembali ada di hadapan ku.

“aku kembali buat kamu gre” ucapnya

“ba-ba-bagaimana kamu bisa tidak jadi berangkat mids?” tanya kak kinal kaget ngak karuan

“semua berkat kotak musik ini, entah kenapa aku merasa aneh jika harus meninggalkan gre dan mama. Dua orang yang begitu aku sayangi dan juga masih banyak yang harus ku selesaikan disini” ucapnya sambil memainkan hidung ku

“ya ampun, kamu benar-benar berani mids” ucap kak ve kaget

“kalau ngak berani bukan hamids nama nya kak haha” ucapnya menyombongkan diri

“aku sedih ketika melihat pesawat yang kamu tumpangi terbang jauh mids”

“sekarang kamu udah ngak sedih lagi kan? Sekarang aku udah di hadapan kamu”

“iya” ucapku tersenyum kearah nya dan kemudian memeluknya erat kembali.

Hamids POV

Huft.. setidaknya keputusan yang kuambil ini sudah bulat. Jika memang beasiswa itu rezeki ku pasti semua akan kembali kepadaku, jadi intinya aku hanya ingin menghabiskan waktu ku bersama orang-orang yang kusayangi. Untuk masa depan nanti aku ingin berusaha lebih giat lagi untuk mencapai apa yang aku inginkan. Terima kasih buat semuanya yang sudah mendukung ku hingga akhirnya keputusan ku bukan harapan yang kalian harapkan.


THE END


---------------------------------------------------

Holla^^
The last chapter sudah terbit yah hehe
Maaf kalau ending nya jelek, masalah nya saya tidak begitu jago dalam mengakhiri sebuah cerita :’D
Makasih yang udah baca dan nungguin hingga FF ini berakhir. Maaf kalau selama ini cerita nya agak aneh atau membingungkan, karena saya masih newbie jadi di maklumi saja haha xD
Thank you so much... much... much hehe :D


Sampai ketemu di FF lainnya yah^^

1 komentar:

  1. Yang gini nih baru yang saya harapkan, makasih Author ^_^. Gre pasti bahagia banget yak :-)

    BalasHapus

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com