Kotak Musik Gre
(10)
Kecepatan lari
ku kini berkurang. Semakin lama semakin pelan. Begitu sesak kurasakan, kini
sesak bercampur kesakitan. Aku duduk di halte sembari menyelaraskan nafas ku
yang terengah-engah. Aku duduk sambil tertunduk. Sendirian. Di tempat ini. tak
ada hujan atau pun gerimis yang membuat ku terhenti di halte ini. tempat yang
tak akan pernah ku lupakan. Tepat di sebelah ku ia berdiri memeluk bungkusan
sambil menunggu hujan reda. Namun kini seakan tak bisa ku rasakan lagi, aku
hanya sendiri menatap bayangan aku dan dia yang dulu hanya orang biasa yang
menunggu hujan reda. Awal di mulai perkenalan ku dengan nya akibat bersin itu
“haha” seketika tertawa sendiri mengingat kejadian lama itu. namun entah kenapa
aku malah menyembunyikan suara tawa itu menjadi kemurungan. Aku mengendus pelan
kemudian berdiri. Aku berjalan hingga keluar dari area halte ini.
“kenangan awal
tak akan pernah ku lupakan gre” ucapku sambil menatap pilu halte ini. aku pun
kemudian berjalan pelan untuk segera pulang. Tak banyak waktu ku untuk
berlama-lama disini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
“aku pulang”
sahut ku sampai di depan pintu rumah
“hamids”
“kak kinal? Kok
bisa ada disini?” tanya ku yang heran melihat kak kinal tiba-tiba saja ada di
dalam rumah ku
“eh kamu sudah
pulang sayang, ini ada tamu buat kamu” ucap mama yang datang sambil membawa
secangkir teh
“di minum dulu
yah. Tante ke dapur dulu” lanjut mama
“iya, makasih
tante” jawab kak kinal tersenyum
Aku duduk menyerong
ke arah kak kinal. Menunduk bercampur sedikit heran. Kenapa kak kinal ke rumah
ku dan tanpa sepengetahuan ku dahulu. Tak ada satu kata pun yang terlontar dari
mulutku. Kak kinal hanya terus menatap ku tak biasa.
*mengendus
pelan* “sudah bicara pada gre?” tanya kak kinal seakan membuatku menegakkan
wajah ku
“belum”
“kamu mau dia
sedih berlarut-larut?”
“aku ngak mau
kak” jawab ku pelan
“terus kenapa
harus menahan semua itu sampai sejauh ini?”
“a-a-a aku.....”
“mids, gre itu
beda dari cewek lain. Dia ngak mudah terus menerima. Kamu perlu beri waktu dia
untuk berfikir mids. Tapi semua sudah terlambat. Kamu sudah menghancurkan semua
nya” ucap kak kinal tegas
Ketegasan nya
seakan membuat ku takut. Iya aku yang salah, aku yang bodoh. Tapi bagaimana? Semua
sudah terjadi.
“jam berapa kamu
berangkat?”
“malam kak,
sekitar pukul 11 malam”
“kakak harap
kamu bisa mengatakan nya mids” ucap kak kinal sambil menepuk pundakku
Aku yang tak
tahu lagi ingin berkata apa hanya bisa menyerah. Aku memilih apa yang sudah ku
tentukan. Biarkan aku dengan kebahagiaan ku.
Seketika aku
berdiri mengkepal kedua tangan ku sambil memejamkan mata “maaf, aku ngak bisa”
ucapku
Aku pun kemudian
pergi meninggalkan kak kinal sendirian di ruang tamu. Aku tahu pasti ia menatap
ku kecewa. Yap aku hanya bisa mengatakan hal itu, cukup jika memang gre tak
bisa menerima semuanya. Aku ikhlas jika gre akan membenci ku nantinya. Aku harap
ini bukan hal yang buruk buatku nantinya.
######################################
aku termenung di
kursi meja makan ini sambil memainkan sendok ku di sepiring nasi yang sama
sekali belum ku makan sedikit pun. Menompang dagu menatap kosong semangkuk sup
buatan mama ini.
“nin... sayang??”
panggil mama seakan mengagetkanku
“iya mah”
“kamu kok belum
makan? Ngk suka yah?”
“ngk kok mah,
nina lagi ngak nafsu makan aja”
“kamu harus
makan nin, nanti malam kamu kan harus berangkat”
“ma, jujur sama
nina. Mama yakin nina tinggal sendirian di sini?”
“apa maksud
kamu?”
“ma, sejak papa
udah ngak ada lagi di rumah ini Cuma ada mama dan nina. Kakak juga jarang
kesini semenjak sibuk di surabaya. Truss sekarang nina akan ninggalin mama di
saat situasi seperti ini. apa mama yakin dengan keputusan mama? Kalau tidak
nina bisa batalkan keberangkatan ini”
“jangan sayang”
“nina tau apa
yang mama rasakan saat ini, tolong jujur mah” ucapku memaksa
Seketika mama
berhenti mengunyah makanan nya, menaruh pelan sendok dan garpu pelan.
“mama mau ke
kamar dulu” ucap mama kemudian pergi meninggalkan ku sendirian
Aku hanya
menatap mama berjalan menuju kamarnya. Kini apa yang bisa ku perbuat. Seseorang
yang sudah tau aku akan pergi malah sebenarnya berat buat melepasku. Apalagi gre,
dia yang sama sekali belum sempat ku beritahu.
Aku mengusap
wajah ku tak bisa menjelaskan lagi apa yang bisa ku jelaskan. Makan siang
terakhir ini seakan ternodai akibat omongan ku yang seakan membuat mama sedih. Maaf
mah, nina hanya ingin kejujuran mah. Nina yang sayang sama mama sebenarnya
berat buat ninggalin mama jauh. Tapi mama memaksa untuk tetap maju dalam
beasiswa ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku duduk di
balkon kamar ku menatap langit yang kian senja ini. aku memeluk sebuah kotak
berwarna ungu. Ku buka kotak itu. Aku ambil semua kota kecil berbentuk persegi
berwarna pink ini. ku buka kotak itu dan terdengar suara merdu dengan boneka
kecil sedang menari di atasnya. Aku menatap kotak itu tersenyum. Tak sadar air
mataku jatuh tak tertahankan lagi.
Kota musik yang
tak jauh beda dari milikmu gre, aku juga memilikinya. Kotak musik dari sahabat
ku yang kini juga sudah jauh dari dunia ini. setiap malam aku selalu menatap
kotak ini sebagai penghilang rasa rinduku padamu gre. Dan untuk kedepan nya
kotak ini akan terus ku pegang sebagai penghilang rasa rinduku padamu gre.
Kini malam
menjelang. Aku segera bersiap-siap untuk segera berangkat menuju bandara. Semua
koper sudah di masukkan kedalam mobil dan siap menuju bandara. Aku diantar
mama. Aku duduk di sebelah mama yang terus menatap jalan lurus kedepan. Mama sama
sekali tak mengeluarkan sedikitpun ucapan nya buatku. Aku yang tak berani lagi
berkata hanya bisa diam takut jika aku akan membuat hati mama sedih.
“mama mau
nungguin nina sampai penerbangan dimulai?” tanya ku
“ngak, mama
hanya mengantar mu sampai disini saja. Kamu juga harus bergabung dengan rombongan
kamu kan. Mama pulang dulu yah, kamu hati2 di sana. Kabari mama kalau sudah
sampai” sambil tersenyum kearah ku
“ma?”
“iya”
“maaf” ucapku
sambil memeluk mama erat
“sudah~ tidak
masalah, mama ngerti kok” ucap mama sambil melepas pelukan nya dan menatap
wajah ku tersenyum
“sekarang kamu
masuk gih, yang lain sudah nungguin. Selamat jalan sayang” sambil mengecup kening
ku
“iya, nina masuk
dulu” ucapku sambil melambaikan tangan ku ke arah mama.
Perasaan berat
harus pergi jauh dari mama kini melandaku. Aku jalan masuk menuju bandara
seakan tak ingin meninggalkan mama sendirian. Tapi apa daya ku yang tak mungkin
lagi kembali. Nina akan segera kembali buat mama.
Aku duduk di
kursi tunggu hingga penerbangan tiba. Termenung pilu menatap kosong lurus. Teman-teman
yang serombongan dengan ku terlihat bahagia. Tapi aku? Aku malah terduduk pilu
di kursi tunggu bandara ini. sekian lama menunggu ternyata penerbangan delay,
sehingga membuat ku dan yang lain menunggu lagi untuk beberapa menit.
“pak, saya beli
minuman di sana dulu yah” ucapku pada guru pembimbing ku
“iya, pergi lah”
Aku pun pergi
menuju kantin bandara untuk membeli sebotol minuman. Tak lama akhirnya aku
mendapatkan minuman itu dan segera kembali ke rombongan. Jalan ku tak fokus
hanya sibuk membuka tutup botol minuman ini.
“hamids!” teriak
seseorang menghentikan langkah ku. Seketika aku menoleh ke belakang tepat
persis suara itu ku dengar. Seketika aku kaget melihat gre menatap ku sambil
menitihkan air mata nya. aku mematung melihat sosok nya tepat di hadapanku. Ia mendekatiku
dengan pipi nya basah bekas air mata. Apa? Inilah yang kamu dapatkan mids? Inilah
hasil nya, rasakan. anggap semua ini tamparan keras dari amarah nya bercampur
air matanya.
“ge-ge-gree??”
panggil ku gugup
“kenapa? kamu
kaget?” ucapnya. Aku malah gugup ngak karuan.
“kenapa kamu
ngak bilang semua dari awal mids? Kenapa? ini seakan membuatku sakit mids, kamu
begitu tega sama aku” ucapnya dengan derasnya air mata nya
“maaf gre”
ucapku tertunduk
“ka-ka-kamu
boleh benci dan marah sama aku gre. Aku terima. Sudah sepantasnya aku depaetin
itu” ucapku lagi sambil menyentuh kedua pundaknya
Ia hanya
tertunduk sambil menangis. Aku yang tak kuat lagi dengan ini hanya bisa pasrah
dan menahan kesakitan akibat perbuatan ku sendiri. Aku tahu betapa perih nya
hati mu saat ini gre. Tak lama kak kinal dan kak ve tiba2 saja muncul ke
hadapan ku. Mereka berdua tersenyum kearah ku.
“maaf, kakak
yang bilang semua nya pada gre” ucap kak kinal
“dan surat ini.
kakak temukan di cafe, sengaja tak mengembalikan nya ke kamu. Kakak hanya ingin
kamu bisa jujur pada gre. Tapi kamu benar-benar tetap dengan pendirian mu untuk
tidak mengatakan nya pada gre” lanjut kak kinal
“ja-ja-jadi....”
ucapku kaget
“iyah”
“ya sudah lah
kak, semua sudah terjadi”
“semoga kamu
sukses di sana yah, gre akan selalu tungguin kamu” ucap kak kinal sambil
menoleh kearah gre yang di peluk oleh kak ve
Seketika aku
menatap gre pilu. Aku dekati sosoknya yang menangis dalam pelukan kak ve. aku
panggil nama nya hingga ia menoleh kearah ku.
“hak kamu lagi
gre, kamu mau menunggu aku atau tidak” ucapku tersenyum kearah nya. ia masih
menatapku dengan sesak tangisnya.
Kemudian aku
menggambil sesuatu dari dalam tas ku.
“ini gre, kotak
ini akan selalu menjadi penyemangat ku dan menjadi penghilang rasa rinduku ke
kamu”
Seketika gre
kaget melihat kotak musik itu yang begitu persis dengan miliknya.
“kotak musik
ini?” ucapnya menatap heran kearah ku
“ya, begitu
serupa dengan milikmu kan? Kotak musik ini juga pemberian dari sahabat ku yang
juga sudah jauh dari dunia ini. aku tak pernah cerita ke kamu masalah ini,
karena cukup hanya aku yang tau, namun keadaan membawa ku berani memperlihatkan
kotak musik ini kepadamu”
Seketika gre
membuka tas nya dan mengeluarkan kotak musik yang sama. Aku tak menyangka ia
membawa kota musik itu. “kamu membawa nya juga gre?” ucapku semeringah
“iya”
“baiklah, jika
kita saling merindu putar kotak musik ini sebagai pembayar nya yah?” ucapku
“iya” ucapnya
tersenyum kearah ku
“hamids!! Ayo kembali,
kita akan segera berangkat” teriak guru pembimbingku
“gre, aku harus
pergi. Maaf atas semua yang pernah ku perbuat sehingga membuatmu kecewa” ucapku
sambil menggenggam kedua tangan nya
“aku pergi gre,
kak kinal, kak ve” sambil tersenyum. Jalan ku terus mundur. Namun kedua tangan
ku masih di genggam erat oleh kedua tangan gre. Aku memberi senyuman pengertian
kepada dirinya sehingga ia rela melepaskan tanganku dan kemudian merelakan ku
untuk pergi.
Hingga akhirnya
aku jauh dari hadapan nya. tak sadar air mataku jatuh. Ketika berada di
hadapanya aku sudah merasa air mata ini akan segera jatuh. Namun semua ku tahan
demi gre. Aku benar-benar tak tega meninggalkan sosoknya. Aku ingin kembali
kepelukannya.
Hingga akhirnya
aku sudah duduk di dalam pesawat. Sambil menunggu pesawat ini akan segera
mengudara.
Gre POV
“aku akan selalu
nungguin kamu mids, kamu jangan nakal disana” batin ku menatap lapangan terbang
ini dari balik kaca yang besar di temani dua kakak yang sangat ku sayangi ini
“hamids pasti
kembali buat kamu gre” ucap kak kinal sambil merangkul ku
Tak lama dari
balik kaca yang besar ini. pesawat akan segera lepas landas. Aku hanya bisa
menatap pesawat itu dengan air mata. Aku tak bisa menahan air mata ini. meski
aku sudah melihat nya untuk terakhir kalinya. Menunggu kamu itu sesuatu yang
sulit buat ku mids, tapi aku mencoba demi kamu.
Hingga akhirnya
pesawat lepas landas dan mengudara di langit. Aku mengendus pelan sambil
melambaikan tangan ke pesawat itu.
“hamids sudah
pergi, ayo sekarang kita pulang” ajak kak kinal
“iya” ucapku
sambil menghapus air mataku. Namun ketika hendak menatap kedepan jalan seketika
aku terkaget merasa tak percaya.
“gre?” panggil
nya tersenyum kearah ku dan mengepakkan kedua tangannya untuk memberikan
tubuhnya buat ku peluk erat
“hamids?!!”
teriak ku kaget . seketika aku berlari mendekati dirinya dan kemudian memeluk
nya erat. Air mataku pecah di pelukannya saat ini. aku tak percaya kini ia
kembali ada di hadapan ku.
“aku kembali
buat kamu gre” ucapnya
“ba-ba-bagaimana
kamu bisa tidak jadi berangkat mids?” tanya kak kinal kaget ngak karuan
“semua berkat kotak
musik ini, entah kenapa aku merasa aneh jika harus meninggalkan gre dan mama. Dua
orang yang begitu aku sayangi dan juga masih banyak yang harus ku selesaikan
disini” ucapnya sambil memainkan hidung ku
“ya ampun, kamu
benar-benar berani mids” ucap kak ve kaget
“kalau ngak
berani bukan hamids nama nya kak haha” ucapnya menyombongkan diri
“aku sedih
ketika melihat pesawat yang kamu tumpangi terbang jauh mids”
“sekarang kamu
udah ngak sedih lagi kan? Sekarang aku udah di hadapan kamu”
“iya” ucapku
tersenyum kearah nya dan kemudian memeluknya erat kembali.
Hamids POV
Huft..
setidaknya keputusan yang kuambil ini sudah bulat. Jika memang beasiswa itu
rezeki ku pasti semua akan kembali kepadaku, jadi intinya aku hanya ingin
menghabiskan waktu ku bersama orang-orang yang kusayangi. Untuk masa depan
nanti aku ingin berusaha lebih giat lagi untuk mencapai apa yang aku inginkan. Terima
kasih buat semuanya yang sudah mendukung ku hingga akhirnya keputusan ku bukan
harapan yang kalian harapkan.
THE END
---------------------------------------------------
Holla^^
The last chapter
sudah terbit yah hehe
Maaf kalau
ending nya jelek, masalah nya saya tidak begitu jago dalam mengakhiri sebuah
cerita :’D
Makasih yang
udah baca dan nungguin hingga FF ini berakhir. Maaf kalau selama ini cerita nya
agak aneh atau membingungkan, karena saya masih newbie jadi di maklumi saja
haha xD
Thank you so
much... much... much hehe :D
Sampai ketemu di
FF lainnya yah^^
Yang gini nih baru yang saya harapkan, makasih Author ^_^. Gre pasti bahagia banget yak :-)
BalasHapus