Photography of Love (6)
Ku buka pintu ruangan kerja ku. Kulihat ke arah meja
kerja ve. dia belum datang. Lebih baik aku tunggu dia di ruangan ini. sudah 30
menit aku menunggu nya, tetap saja ia tak datang. Sampai jam masuk kantor pun
lewat. Kemudian ku keluar ruangan untuk mengecek kembali apakah ve masuk.
“nal, ngapain mondar mandir gitu?” tanya melody yang
baru tiba
“nungguin ve teh”
“loh, ve ngk ngasih tau kamu?”
“kasih tau apa teh?”
“dia kan lagi sakit”
Ve sakit? kenapa ia tak memberitahu ku. Dia sakit
pasti karena ku. Tanpa basa-basi lagi ku langsung menuju rumah ve untuk melihat
ve yang sedang sakit.
“hallo nal” sahut tata yang hendak lewat
“hai ta” jawab ku sambil jalan cepat menuju parkiran
mobil
“mau kemana nal?”
Tak ku hiraukan pertanyaan tata. Sesegara ku
langsung melajukan mobil ku menuju rumah ve. sampai lah aku di rumah, begegas
aku turun dari mobil sambil membawa buah2an untuknya.
“permisi” sambil mengetuk pintu rumah. Aku di sambut mama ve dengan
raut muka khawatir
“ve mana ma?”
“ve sakit nal, mama khawatir. Dari kemarin ia ngak
mau makan”
“yang bener mah?” dengan cepat ku menuju kamar ve.
perasaan ku mulai khawatir dengan ve. ku juga membawa makan untuk ve. ku ketok
pintu kamar nya. “ve... ini aku kinal. Kata mama kamu dari kemarin belum makan,
ni aku bawain makanan buat kamu” tak ada satu pun jawaban yang ku dengar. “ve
maaf dengan kejadian tadi malam itu. Jujur aku sama tata ngak ada hubungan
apa2” tetap tak ada jawaban. “ya udah aku balik yah ve, makanan nya aku taruh
meja luar kamar kamu, jangan lupa di makan, aku buat spesial untuk kamu”
kemudian aku meninggalkan kamar ve dengan berat hati.
“gimana nal?”
“ngk ada jawaban ma”
“mama jadi khawatir dengan ve, nal”
“hmm...ya udh ma, kinal balik ke kantor dulu”
“kamu hati2 yah” sambil mengantarkan ku menuju
mobil. “oiya nal, kemarin mama mempertemukan ve dengan dika, ve sepertinya
masih biasa2 saja. Mungkin karena baru pertama kali bertemu, hmm tapi kata nya
besok dia akan datang kejakarta. Jadi mama harap kamu bantuin mama yah nal”
Dengar ucapan mama seperti itu aku jadi semakin tak
enak hati akan berbicara seperti apa kepada ve. apalagi pria itu akan menemui
ve besok, sudah ku duga pasti akan kejadian seperti ini. “ya baiklah ma” jawab
ku yang sebenarnya tak ikhlas.
Ku pun kembali ke kantor. Sesampai nya di kantor aku
di sambut tata yang duduk di depan meja kerja ku. Kaget seketika ku melihat
nya, apa yang ia lakukan di meja kerja ku. Ku lihat ia memengang sebuah keramik
berbentuk jendral. Aah itu kan hadiah yang di berikan ve, kenapa dia memegang
nya kalo pecah gimana? -,-
“tata, kamu ngapain disini?”
“eh kinal udah balik, ngk ada aku mau main2 aja ke
kantor papa. Sekalian ketemu kamu”
“kamu ngk marah sama aku?”
“marah kenapa?”
“tadi malam itu kan aku membentak kamu”
“ouh masalah itu, aku ngk marah kok. Aku tau kamu
lagi emosi”
“tapi jujur aku minta maaf yah”
“iyah gpp nal”
Ku kemudian duduk di kursi sambil menyandarkan
badanku. Ku renggang kan semua otot ku. Ku kucek mata ku untuk menyelaraskan
mata ku saat itu. Pikiran yang makin sulit membuat ku susah untuk berfikir.
“nal, kamu lagi banyak fikiran yah?”
“yah begitu lah ta”
“apa ini karena kejadian tadi malam?”
“nal, kalo kamu lagi ada masalah cerita sama aku,
mungkin aku bisa bantu” lanjut tata
“ngk ta, aku ngk ada masalah apapun kok”
“meskipun itu masalah kamu dengan ve gpp kok nal,
aku siap dengar dan memberi masukan”
Huftt mungkin aku harus menceritakan masalah ini
kepada tata. Dia mau membantu ku, gpp lah itung2 beban ku sedikit teratasi
dengan bantuan nya. Semua ku ceritakan masalah yang kualami saat ini. masalah
yang terbesar kualami adalah membantu mama ve untuk menjodohkan ve dengan dika.
Tata begitu antusias mendengar nya. Makin lama ku bercerita dengan lama aku
semakin melihat pola mata nya yang melihat ku begitu senang. Dia benar2
menyayangiku? Akh! Apa ini? kenapa ku menatap mata nya seperti itu? Saat itu juga
kuakhiri cerita ku dengan tata.
“nal, kenapa kamu ngk coba untuk bicara jujur sama
ve?”
“ngk mungkin ta, mama menyuruh ku untuk tidak
memberi tahu ve. kalau sampai dia tau, ve akan menolak mentah2 dika”
“hmm truss kamu mau gimana lagi nal?”
“mungkin aku akan lakukan”
“lakukan apa nal?”
“aku akan membuat ve membenci ku, agar ia bisa
menerima dika”
“kamu yakin nal? Apa kamu tega buat dia kecewa?”
“sebenarnya ngk tega ta, tapi mau bagaimana lagi.
Ini ku lakukan demi kebaikan mama dan ve”
“hmm”
Hari terus berlalu. Hingga tiba di hari berikutnya.
Yap dimana dika akan menemui ve di rumah nya. Ntah kenapa mama malah mengajak
ku ke rumah untuk memperkenalkan dika kepadaku. Aku males ke sana, tapi mau
bagaimana lagi ini permintaan mama aku pasrah seperti akan di sembelih nanti
nya.
“mobil? Ini mobil siapa?” tanya ku heran yang baru
sampai
“eh kinal, ayo silahkan masuk” sambut mama dengan
wajah gembira
“kinal, ini nama nya dika yang mama beritahu waktu
lampau” lanjut mama memperkenal kan ku dengan dika. Oh ini yang nama nya dika,
yah ganteng sih. Tapi apa dia suka dengan ve? lagian kalau di lihat2 dika orang
baik. Apa aku rela melepaskan bidadari cantikku kepada lelaki ini? sungguh tak
bisa ku bayangkan. Lama ku bercengkrama dengan dika, ve keluar kamar nya, tak
biasanya ia menatap ku seperti kami tak ada hubungan apa2. Mungkin dia masih
marah.
“nah kalau gitu kalian jalan2 gih bertiga, biar
lebih akrab lagi” kata mama
Bertiga? Ve, dika dan aku?? Aku kok di ajak, aah ini
sama saja membunuh ku secara perlahan. Aku ingin menolaknya, tapi apalah daya
permintaan mama. Ketika hendak keluar rumah mama membisikkan ku “ini kesempatan
kamu nal, buat mereka dekat yah” . deg!! Seketika jantung ku mulai berdegub
kencang, mama ngk ngerti perasaan ku. Kinal udah terlalu sakit mah L. Tapi baiklah ma, demi mama kinal rela lakuin ini, benar! Ini kesempatan
ku untuk mulai membuat ve membenci dan melupakan ku.
Dalam perjalanan aku hanya diam, begitu juga ve.
dika mencoba bertanya kepada ve, ve hanya menjawab singkat dan bersikap dingin.
Aku hanya melihat air menetes di balik kaca mobil ini, hujan. Tetesan seperti
air mata kesedihan. Apakah jawaban yang sebenernya ada di hujan nanti nya?.
Lama kami berjalan2, tak ada satupun kata yang terlontar dari mulut ve kepada
ku. Apa dia masih marah? Biar saja lah, toh itung2 aku bisa menepati janji ku
pada mama ve walaupun hati ku sebenarnya sakit.
Kegiatan hari ini selesai. Lelah pake banget. Bukan
lelah badan tapi lelah hati juga. Sakit mata ku melihat dika menyentuh wajah
bagian favorit ku ketika ve berkeringat. Sumpah aku pengen bilang padanya ve
itu punya ku. Tapi yaaah aku tak mungkin melakukannya. Langit mulai gelap,
memunculkan bintang2 yang indah. Ku duduk di balkon apartement samping
menyeruput secangkir teh hangat. Sembari meringgan kan pikiran ku saat ini.
##################
“nal, ve udah masuk kantor tuh” bisik melody kepada
ku yang baru tiba
“hahh? Yang bener teh?”
“iya, lihat saja sendiri”
Segera ku cepatkan langkah ku menuju ruangan. Tak
sabar melihat ve yang kembali mulai bekerja. Aku pun masuk keruangan dengan
bahagianya. Ku lihat wajah samping nan indah itu terpoles blush on merah. Aah
cantik nya bidadari ku ini. eh apa ini? aku kan ingin membuat nya kecewa dan
benci padaku.
Aku pun mulai basa-basi agar tak terlihat
kesengajaan ku. “ve? aku seneng banget kamu udah masuk kantor lagi” tanya ku
sembari duduk di depan meja kerja ku. Ve tak menjawab, ia hanya diam sibuk
membereskan file2 yang ada di meja nya. Segala macam pertanyaan ku lontar kan
padanya tak ada satupun yang ia jawab. Hingga ia meninggalkan ku dan menuju
ruangan pemotretan. Tanpa basa basi lagi ku kejar ia menuju ruangan itu dan
saat nya aku memulai aksi ku, hati tak tega melanda ku. Namun ku coba untuk
tetap tenang dan coba untuk menerima.
“ve, apa maksud kamu bersikap dingin seperti ini
sama aku?”
“ve, tolong jawab aku?” ku tarik tangan nya dan ku
palingkan badan nya ke arah ku. Ku tatap mata nya memohon untuk mengerti. Ve
malah tertunduk, sepertinya ia menangis. Apa aku terlalu kasar sama dia?
“ve, aku terlalu kasar? Maafin aku yah”
“nal, aku benci kamu” kemudian ve menolakkan badan
ku hingga terhempas ke dinding
“kamu kenapa ve?”
“kamu jahat sama aku nal, kamu membiarkan aku berdua
dengan dika kemarin. Dan kamu? Kamu malah diam. Seperti kita tak ada hubungan
apa-apa!!” *menangis
“aku kira kemarin itu kamu masih marah sama aku ve
dan aku ngk mungkin melarang dika seperti yang kamu inginkan”
“kamu ngak ngerti perasaan aku nal, aku capek!”
*menangis
Mungkin ini saatnya “kamu capek! Ok! Jadi mau kamu
apa? Aku juga capek ve! apalagi...” seketika mulut ku terhenti, teringat kata2
mama ve pada ku “jangan beri tahu ve yah nal”. Kemudian kuurungkan dan
terdiam.
“apalagi apa nal? Kamu udah suka sama tata?”
“bukan itu maksud aku ve”
“sudah lah aku capek nal!” kemudian ve keluar
ruangan pergi meninggalkan ku sendirian.
Aaaarrghh!!! Ku pukul dinding dengan sekuat tenaga.
Biar lah orang di luar sana dengar, aku lelah dengan ini semua. Hubungan ku
dengan ve kini di ujung tanduk. Yah mungkin tak ada kata putus, tapi ini buat
ku semakin takut akan kehilangan ve. eiitss tapi ini cara ku untuk menolong
mama ve, cara ku buat ve bisa melupakan ku lebih cepat. Berat sebenarnya hati
ini melakukan nya, tapi mau bagaimana lagi aku sudah berjanji dengan mama. Aku
rela jika ve bersama dika.
Ku pergi pantry untuk mengambil secangkir teh hangat
untuk menenangkan pikiran dan perasaan ku saat ini. ku terduduk sambil
termenung. Setelah ini apa yang harus aku lakukan? Aku benar2 ngak tega lagi
membuat ve marah dan benci padaku. Seketika hp ku berdering. Ternyata tata
mengirim kan pesan padaku, bertanya aku sedang dimana. Aku balas pesan nya
menunjukkan aku sedang berada di pantry kantor.
“kamu ngapain di sini nal?”
“aku lagi pusing” sambil menyeruput teh hangat
“aku lihat tadi ve muka nya sembab gitu keluar
kantor. Kamu masih berantem sama ve?”
“huftt aku udah lakuin apa yang mama ve ingin kan”
“hmm... nal, biar kamu ngk pusing lagi kita ngopi
aja yuk”
“yah ide bagus”
########################
“kamu mau pesen apa nal?”
“coffelatte aja”
“ya udh, mas coffelatte 2 yah”
Hmm kasian ku lihat kinal seperti ini. semenjak
berantem dengan ve dia jadi muram dan ngak bersemangat lagi. Dia juga terlihat
amburadul ngak ada yang ngurusin. Seandainya saja dia mau menerima perasaan ku
ini, mungkin aku akan selalu berada di samping nya. Beberapa menit kemudian
minuman yang kami pesan tiba.
“loh kok coffelatte?”
“kan kamu pesen ini tadi nal”
“masa sih? Perasaan tadi aku pesan kopi luwak”
“ya ampun nal, kamu yang bilang sendiri tadi!”
Aku hanya melihat kinal seperti orang bodoh. Pikiran
nya kosong, dari tadi dia hanya melihat bunga kecil yang berada di meja ini.
kadang dia plin plan. Kinal... kenapa kamu jadi seperti ini? kalau kamu ngk
bisa lupain ve jangan hukum dirimu
seperti ini. tak lama kami berada di cafe ini, aku segera membawa kinal kembali
ke kantor. Untuk kali ini aku biarkan dia sendiri disini.
Jam pulang kantor tiba. Capek dengan segala
aktifitas kantor hari ini. apalagi kejadian berantem besar ku bersama ve tadi
pagi di kantor, semenjak kejadian itu ve tak kelihatan lagi di kantor. Mungkin
ia tak mau lagi melihat ku. Syukur lah ternyata ia sudah mulai membenci ku.
Hari-hari terus bergulir. Sudah 1 minggu aku tak
berkomunikasi dengan ve. ia juga tak lagi masuk kantor. Mungkin ia berhenti,
memilih untuk menjauhi ku. Tapi jujur, aku benar2 ngak bisa jauh darinya. Aku
ingin menemui nya di rumah, tapi aku takut ia tak menerima ku di sana.
Kuurungkan niat untuk menemui nya di rumah. Tiba2 saja bel apartement ku
berbunyi. Apakah itu ve? segera ku buka kan pintu dan ternyata yang datang
adalah dika. Kenapa ia kesini? Dan dari mana dia bisa tau kalau aku tinggal di
sini?”
“hai nal”
“hai juga, silahkan masuk”
“makasih. Humm apartement ini nyaman juga”
“iya begitulah”
“kamu pinter memilih interior nya”
“ouh itu bukan ide ku, itu ide nya ve”
“ouh ve, pantes saja”
“silahkan di minum?”
“thanks nal, hmm nal aku mau nanya dan jawab jujur
yah? Apa ve sebelum nya sudah memiliki kekasih?”
Seketika aku terkaget. Apa maksud nya ia bertanya
seperti itu padaku. “kenapa?”
“selama aku dekat dengan ve, ia selalu bersikap
dingin padaku. Seperti ada orang lain yang ia cintai”
Ve ternyata masih menyimpan perasaan padaku? Tapi
kenapa ia malah tak mau berkomunikasi dengan ku selama 1 minggu dan ngak masuk
kantor?.
“mungkin ia belum terbiasa dengan mu dik, ve orang
nya seperti itu. Pemalu dan agak susah menerima orang baru di sekelilingnya”
“tapi apakah mungkin? Tatapan mata nya berbeda nal”
“mungkin itu hanya perasaan mu saja J”
“dik, kalo kamu cinta sama ve buat dia nyaman.
Percayakan hati nya untuk kamu jaga, jangan buat dia kecewa dan satu lagi cara
buat dia nyaman kamu ajak dia ke tempat ini” sembari ku berikan sebuah potongan
kertas
“apa ini nal?”
“kamu ajak dia kesana, rebut hati nya”
“kamu yakin nal?”
“yakin J”
“makasih yah nal”
Mungkin ini saat nya aku kembali membuat ve
melupakan ku. Sengaja ku berikan potongan kertas itu agar ve bisa menerima dika
dengan lapang dada, melupakan ku, melupakan semua kenangan yang pernah kami
lewati. Biarkan hati ini sesak menahan rasa sakit, asalkan ve bahagia nantinya.
Aku akan lebih bahagia lagi jika ia mendapatkan pria yang baik dan benar2
mencintai nya.
~Bersambung...
-------------------------------------
di part ini agak bingung mau cerita gimana haha tapi syukur lah bisa selesai. tapi makasih udah mau baca. di tunggu episode2 terakhirnya yah hihi :p
Caution : Cerita ini hanya FIKTIF, NOT REAL
Kelanjutannya jangan lama lama yak heheh pokoknya masih setia nunggu ini
BalasHapusLanjuttt :3
BalasHapus