KINJIRARETA
FUTARI
(Dua
Orang Yang Terlarang)
Aku
yang selalu ada buat nya di saat senang maupun sedih, aku juga yang selalu
menemani kemana pun ia pergi. Tapi kenapa? kenapa aku harus jatuh di salah satu
jurang yang membuatku gila. Demi menyembunyikan hubungan ini aku rela sakit hati,
menahan setiap goresan yang selalu saja datang menerpa ku. Aku hanya bisa diam,
tersenyum di balik kesedihan ku. Aku tahu ia merasakan hal yang sama padaku.
Cukup kita yang tau. Aku akan selalu mencintaimu.
“ayo
dimakan nal” tawar adyth sambil melahap makanan nya
“iya”
jawabku sambil melirik ke arah ve yang sedari tadi hanya menunduk penuh
penyesalan
“kamu
kenapa ve? kamu sakit ya?” ucap adyth sambil mengakat wajah ve dan mengelus
pelan pipi nya
Seketika
aku menggenggam erat pisau yang ada di tangan kiri ku, menahan kecemburuan
teramat yang ku alami saat ini. aku menatap nya sedikit sinis. Ia membalas
dengan wajah sendu nya. aku tahu kamu pasrah ve aku tahu. Ingin rasanya ku
hempaskan tangan pria ini dan ku bilang “Ve milikku, jangan sentuh dia!” tapi
apa yang bisa ku perbuat dengan hanya menyembunyikan kesedihan ini sambil
membuang muka.
“mm...
ma.. maaf dyth gw ke toilet dulu yah” ucapku kemudian berdiri menuju toilet
~~~~~~~~~~~~~
*suara
percikan air keran*
Ku
usap wajah ku dengan air ini. menatap cermin yang memantulkan sosok ku yang
entah bagaimana aku bisa menjelaskan nya. aku ingin lari dari semua ini. tapi
bagaimana? Aku begitu mencintai nya. sosoknya seakan tak bisa lepas dari
bayang-bayangku. Aku benar-benar salah jatuh kedalam perasaan aneh ini.
“nal?”
Seketika
aku mendapati sosoknya berdiri di belakang ku. Aku hanya menatapnya dari balik
cermin ini. wajahnya yang sendu menahan tangis. Balas ku hanya sebatas senyum
dengan kesedihan yang teramat ku rasakan.
“maafin
aku nal” ucapnya sambil menitihkan air matanya
“apa
yang perlu aku maaf kan ve? kamu ngak salah” ucapku sambil menghapus air
matanya
“aku
tau kamu sakit menahan semua ini nal”
“ve,
kesakitan ini masih bisa ku tahan. Aku bukan orang lemah ve, percaya lah”
sambil menggenggam erat pundak nya
“apa
aku harus melepaskan adyth demi kamu nal?”
“jangan
ve, jangan! Dia orang baik”
“tapi
aku ngak tega lihat kamu seperti ini terus”
“kamu
ngak yakin sama aku?”
Ia
hanya menunduk sambil menangis tak bisa menjawab pertanyaan ku. “sudah jangan
nangis lagi yah” lanjutku sambil memeluk nya erat sembari menenangkannya
“ayo
kita balik, ntar adyth curiga lagi. Hapus air mata mu ve”
“iya”
ucapnya sambil menghapus air matanya
Aku
dan ve kembali ke meja di mana aku ve dan adyth makan bersama. tetap harus
menahan setiap amarah ku saat ini. tahan nal, semua pasti akan berakhir. Kini
aku hanya bersikap santai dan tak ada yang perlu dikhawatirkan.
##################################
“makasih
yah makan malam nya dyth” ucapku
“ouh
tak masalah kok, kapan2 kita makan malam bareng lagi”
“aku
pulang yah ve” ucapku biasa aja
“iya”
jawabnya menahan sedikit kesedihan
“ya
udh, gw dan ve balik yah” ucap adyth
“iya,
hati2 yah kalian berdua”
Melihat
matanya yang begitu tak tega. Aku benar-benar harus bertahan di saat yang
sesulit ini. aku terus menatap laju nya mobil yang mengantar ku tadi hingga
wujud mobil itu tak tampak lagi dari kejauhan. Aku hanya menggendus pelan
kemudian masuk kerumah.
“eh
udah pulang nal?” sahut mama yang lagi membaca sesuatu, sepertinya itu undangan
“udah,
loh itu undangan apa ma?” tanya ku
“loh
kamu belum tau? Ini kan undangan pertunangan ve dangan adyth. Apa ve tidak
memberitahu kamu?”
“ouh...
mungkin dia lupa mah, kinal ke kamar dulu, capek mau istirahat” sambil menuju
kamar
Aku
hempas kan tubuhku ke ranjang yang empuk ini. seketika air mataku jatuh tanpa
ku sadari. Menangis sambil tertawa yang seakan membuat diriku terlihat gila.
Mendapati undangan degan nama yang tak asing bagiku. Iya, ve dan adyth. Aku tak
menyangka semua akan berakhir seperti ini. jalanku yang tak lagi bisa terus
bersama nya kini musnah sudah. Aku hanya bisa menangis sesak dan menatap layar
hp ku. Senyum dengan tawa manisnya membuatku sakit saat ini, bukan lagi
kebahagiaan. Jangan paksa aku lagi buat mempertahankan hubungan ini. jujur aku
sudah tak sanggup lagi jika dia sebentar lagi akan milik orang lain.
###############################
Tibalah
saat dimana hari bahagia itu terjadi. Aku mengenakan baju berwarna biru yang
terlihat simple. Itu lah aku dengan sifat tomboy ku. Biru, yap warna kesukaan
Ve. aku ingat sekali ia begitu menyukai warna biru. Aku selalu mengenakan
t-shirt atau pun jaket berwarna biru ketika hendak hanya berdua bersama nya.
kini semenjak pria itu datang mengganggu semua berubah. Tak ada lagi
kebahagiaan yang terpancar di wajah gadis yang sangat ku cintai ini.
Tak
lama aku sampai di rumah ve yang terlihat begitu ramai. Para tamu hadir sebagai
saksi atas pertunangan ini. hanya ada keluarga dan teman-teman terdekat yang
hadir. Aku begitu akrab dengan keluarga ve, begitu juga dengan keluarga ku yang
juga sudah akrab dengan keluarga ve. aku masuk ke kamar ve. ku lihat sosok nya
duduk di depan meja rias nya termenung. Aku tutup pintu kamar nya rapat.
“ve~”
panggil ku pelan
Ia
menoleh ke arah ku sambil menahan air mata nya. “kinal~”
“selamat
yah” ucapku tersenyum sambil mendekati dirinya
“maaf”
ucapnya kemudian tertunduk dan menangis
“maaf
apa?”
“aku
ngak bisa jujur soal pertunangan ini. aku takut nal, aku takut!!” *tangis nya
pecah penuh sesak
“apa
yang kamu takut kan ve?”
“aku
takut kamu tak bisa menerima ini semua nal”
“*tersenyum*
sudah lah ve, semua sudah terjadi. Sekarang ada adyth yang jagain kamu. Tugas
ku sudah selesai ve”
“apa
maksud kamu nal?”
“aku
bukan lagi siapa-siapa kamu ve, kini kita hanya sebatas sahabat, bukan kinal
dan ve yang dulu”
“ngak!
Kita masih kinal ve yang dulu. Aku ngak cinta sama dia nal, semua karena
paksaan orang tua”
“coba
lah cintai dia ve, aku yakin kamu pasti bahagia”
“aku
ngak bisa nal”
Aku
hanya tersenyum sambil meyakinkan dirinya. Tak lama ku jatuhkan kecupan manis
mengarah ke bibir kecilnya. Ini obat penenang mu ve, aku yang bukan lagi
siapa-siapa kamu tetap akan selalu ada buat kamu sebagai sahabat. Menikmati
kecupan manis ini sebelum di rebut oleh orang lain. Kemudian ku lepaskan
kecupan ini dan pergi. Aku tau kamu sakit ve, tapi aku lebih sakit. semua ku
tahan demi kebahagiaan mu, itu saja yang ku butuhkan saat ini.
Waktu
terus bergulir, sudah seminggu aku tak bertemu ve semenjak pertunangan itu.
Mungkin selama seminggu ini aku mencoba untuk berfikir dewasa, berpikir lebih
matang lagi. Hingga akhirnya aku memilih jalan ku kembali. Menuntut untuk hidup
seperti biasa dan menjalan kan aktifitas ku dengan normal saja. Aku memilih
menghubungi ve dan bertemu dengan nya di sebuah danau yang terpencil. Danau
yang bisa di bilang Cuma aku dan ve saja yang tahu. Danau yang tenang dengan
perahu yang terikat erat di pinggiran danau.
“maaf
menunggu lama nal” ucap nya sambil duduk disebelah ku
“tak
masalah, aku juga baru tiba”
“ve~”
panggil ku
“iya”
“mungkin
saat ini kamu sudah bahagia ve” ucapku menoleh kearahnya tersenyum
“ngk,
aku tak bahagia seperti yang kamu fikirkan”
“*mengendus
pelan* aku sudah ngak tau lagi apa yang harus aku katakan padamu ve, ketika
semua itu datang kesedihan yang ku rasakan semakin sakit. mungkin sakit
melebihi orang yang benar-benar sedang sakit” ucapku sambil melempar kerikil ke
danau yang tenang ini
“aku
akan beri kenangan terakhir kita disini sebelum kamu benar-benar bahagia dengan
nya ve, makanya aku ajak kamu kesini tempat yang sudah lama tak kita kunjungi”
lanjutku. Ia hanya terus menatap ku tak percaya.
“aku
tak mencintai dia nal, aku hanya cinta sama kamu!” ucapnya menitihkan air
matanya
“sampai
kapan pun aku akan tetap cinta sama kamu ve”
“kamu
pun begitu nal, kembali lah bersama. kita sama2 saling mempercayai keabadian”
“sulit
ve”
“kenapa
sulit nal? Seberdosa kah pertemuan kita selama ini?” ucapnya dengan amarah
bercampur air mata
Aku
hanya bisa menahan sakit. kata-kata ku saat ini terlontar santai tapi
sebenarnya sakit. aku tak bisa menahan semua ini berlarut-larut. Aku ingin
hidup normal tanpa batu yang seakan menutupi segala kehidupan ku. Hingga
akhirnya amarah ku yang seakan tertahan kini lenyap di gulung kesedihan yang
kutahan lama ini.
“maaf
ve, cinta kita bukan seperti orang banyak. Cukup sembunyikan perasaan ini dalam
hati kita masing-masing” ucapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca
“nal~”
“kita
hanya berserah kepada takdir ve, ia yang mempertemukan kita ia juga yang
mengakhiri kita”
“kita
berdua yang terlarang ve” ucapku yang seakan tak sadar air mata ku telah
membasahi setiap pipi ku.
“aku
tak bisa dengan orang orang lain nal. Aku cinta kamu. Apa itu tak boleh?”
Aku
hanya tertawa kecil dengan berlinangan air mata. Kamu yang bersikeras ingin
kembali ve. tapi maaf aku yang sudah bulat dengan segala keputusanku.
“maaf
atas semua kesalahan ku ve, aku yang sudah membuat semua ini terjadi”
“kamu
ngak salah nal, kamu bilang takdir yang
telah membawa kita kesini” kemudian memelukku erat
Aku
yang sedari tadi hanya bisa menahan tangis kini pecah begitu saja di pelukan
ve. aku yang sudah tak kuat lagi menahan segala penderitaan ini. seketika ia
mengecup bibir ku dengan bibir manis nya. itu seakan membuatku tenang. Aku tahu
ini balasan mu ve.
“seandainya
dahulu aku tidak terlahir seperti ini, mungkin kita tidak akan pernah berpisah.
Aku akan mengikat mu sebagai tanda hanya aku yang memiliki mu” ucapku dengan
tangis yang sesak
“sudah
lah nal, tak perlu menyalahkan takdir. Kini aku mengerti maksud mu nal, jika
memang kita harus berpisah aku siap, meski sebenarnya hati ini berat”
“benar
ve?”
“iya
nal”
“aku
harap ini bukanlah akhir dari segala nya ve, cukup perasaan ini kita
sembunyikan dalam hati saja”
“kamu
akan selalu aku cintai nal”
“aku
lebih akan selalu mencintaimu ve”
Ketenangan
batin kini ku dapati saat ini. air mataku kini hilang dengan ketenangan yang
telah engkau berikan ve. sesakit apa perasaan ku saat ini aku hanya ingin
membuat mu bahagia.
“ve,
ayo kita naik perahu itu ke danau?” ajakku
“ngak
ah, aku takut”
“ngak
bakalan jatoh ve, tenang aja” ucapku sambil menarik lengan nya
“kinaalll....”
“ayo
naik” ajakku. Ia terus menolak dengan wajah lucu nya. “ayolah ve, sekali ini
saja. Please!!” pinta ku merenggek. Namun berkat pinta itu akhirnya ve mau naik
ke atas perahu itu. Aku dan ve mendayung perahu itu bersamaan.
“nal?”
“iya”
“kenapa
kamu memilih mengakhiri hubungan ini?”
“kenapa
kamu bahas itu lagi?”
“aku
Cuma nanya aja sih, atau kamu udah punya yang baru?”
“ngak”
“terus??”
“*mengendus
pelan* aku hanya ingin melihat mu bahagia ve, hanya itu yang ku inginkan. Kamu
dengan kebahagiaan mu, aku dengan kebahagiaan ku” ucapku sambul tersenyum
Ia
hanya membalas ucapanku dengan senyum manis nya yang indah. Aku hanya menatap
nya dalam dengan senyum lebar. Kebahagiaan mu tetap jadi rasa cinta mu terhadap
ku ve. bahagia lah, aku akan mencari kebahagiaan ku sendiri. Jika sampai
waktunya kita pasti bisa kembali bersama.
Ku
lihat ve yang sudah kelelahan mendayung parahu ini hingga berakhir di tengah
danau yang begitu tenang ini. tanpa tersadar ku dapati tangan nya dan ku tatap
matanya dalam.
“ve~
kalau kau lelah mendayung tidur lah dalam dekapan ku, karena di dalam mimpi
kita akan terus saling mencinta J”
Tanpa
tersadar bibir ku dan bibir nya dekat tanpa ada jarak sedikit pun. Ciuman
sebagai pertanda kebahagiaan akan selalu ada buat kita ve. aku tak bisa mengikat
mu dengan cincin tadi aku hanya bisa mengikat mu dengan ciuman. Melebihi erat
nya cincin yang kini tengah melingkar di jari manis mu.
THE
END
-------------------------------------------------
Holla...
:D
Saya
kembali lagi dengan cerita baru. FF yang masih berhubungan dengan VeNal. Saya
tak bisa lepas dari sosok sahabat yang menginspirasi ini. dan maksud saya
membuat FF ini sebagai akhir sebelum VeNal berakhir di tanggal 1 agustus 2015
nanti, yah hanya saja sebagai kenang2an :’v.
Judul
ini yah karena bisa di bilang kemungkinan ngak bisa lihat Ve dan Kinal bisa
berkesempatan membawa US ini, tapi waktu tak bisa di pastikan. Jika memang
takdir berkata mereka kembali yah pasti kembali.
Hehe
Terima Kasih yang sudah baca^^
*note
: cerita ini hanya berdasarkan imajinasi yah atau bisa di bilang fiktif. Jadi jangan beranggapan situasi seperti itu
benar dalam fakta kehidupan member. Hanya sekedar hiburan santai.