Ame no Pianist
(Sang Pianist Hujan)
Hari
ini entah apa yang ada di dalam pikiran nya sehingga membuat ku takut. Ketika
ia mengajak ku duduk di sofa yang berwarna merah ini. ia terdiam menyembunyikan
sesuatu. Aku menatap nya heran hingga penasaran apa yang ingin ia katakan. Masih
menunggu hingga ia benar-benar mengatakan apa yang ingin dia katakan.
“selamat
tinggal” tukas nya lembut mengagetkan ku seketika melemah
Dengan
tiba-tiba ia mengatakan hal itu padaku. Aku hanya tertuduk di pingiran sofa,
hanya duduk dan terdiam mencerna apa yang telah ia katakan. Sambil menggigit
kuku jemariku.
“aku
yakin akan ada yang lebih baik untukmu” tukas nya lagi menatap ku.
Tatapan
mu yang aneh, menatap ku seperti melihat anak kecil. Apa maksud dari semua ini?
apakah kembali terulang lagi takdir masa
depan yang seakan membuatku takut. Terdiam tanpa aku bisa mengatakan balasan atas
ucapan nya itu.
Bisakah
aku untuk tetap tenang kali ini? ya, kini aku hanya bersikap tenang. Aku tahu
pasti ia akan mengatakan hal itu padaku. Perasaan yang sakit memang kurasakan,
perjalanan selama ini terbuang sia-sia. Aku yang bodoh tak lagi bisa mengerti
nya. ia berbalik berdiri dan berjalan memunggungi ku dan mulai bersikap dingin.
“kau
menyerah?” ucapku dengan suara parau menahan tangis seketika menghentikan
langkahnya
Dia
yang kini telah dewasa hanya menganggap semua itu hanya kata percuma. Hanya
membalas dengan senyum manis nya. aku tau itu semua hanya untuk meyakinkanku
saja.
“hey!
Jawab aku??” teriak ku dengan suara parau berlebih sesak menahan tangis
Ia
berbalik kearah ku tersenyum “aku yang salah, kamu berhak untuk marah”
kata-kata yang terucap dari mulut nya membuatku membisu seketika. bukankah
cinta ini seharusnya antara kita berdua? entah apa yang harus aku lakukan saat
ni. Semua benar-benar diluar kendali ku, hal yang pertama ku dapati dengan
perasaan yang campur aduk seperti ini.
Kini
ia pergi meninggalkanku sendirian duduk di sofa ini. mematung aneh menatap
kosong lantai tanpa ujung ini. aku tersadar dari keras nya hantaman batu mengenai
dadaku. Aku berdiri meninggalkan tempat ini. namun seakan langit melarang ku
untuk pergi dari tempat ini. hujan deras membuat ku terkurung di tempat ini.
“hujan~
huftt...” gerutu ku menatap jendela
Aku
ingin pulang. Ingin sendiri, bukan di tempat ini. ramai dengan pengunjung.
Berdua, bermesraan, saling mengobrol. Aku disini sendirian, tak ada lagi yang
bisa menemaniku. Tanpa berfikir panjang aku kembali ke sofa tadi. Duduk sembari
menunggu hujan segera reda.
Menghilangkan
sedikit kejenuhan ku di cafe ini aku hanya bermain dengan handphone ku. Aku tak
memperdulikan seisi cafe ini. namun entah kenapa sebuah keributan kecil
membuyarkan fokus ku saat tengah bermain handphone.
“ada
apa?” “waaah apa dia yang main?” “indah sekali~” “romantis”
Suara-suara
pengunjung itu membuatku penasaran. Kenapa mereka mengintip keluar cafe? Bukan
kah di luar tengah hujan. Apa ada hal aneh sehingga harus menjadi bahan
perhatian di luar sana?. Aku terus bertanya-tanya di balik kerumuman
orang-orang di cafe ini.
Jeeeeng.......!!!
Terdengar
suara piano jelas di telinga ku. Aku menginjit melihat siapa yang sedang
bermain piano itu.
“ada
apa sih?” tanya ku pada seseorang yang ikut dalam kerumuman ini
“ada
yang main piano di luar sana” balas seseorang yang aku tanyai itu
“siapa?
Ada-ada saja bermain piano di luar. Dan ngak tau apa di luar lagi hujan” batin
ku sedikit mengomentari seseorang yang tengah bermain piano itu.
Aku
kembali duduk di sofa ku. Sambil menatap heran kerumuman orang-orang itu. Aku
memang begitu penasaran, namun urung ku lakukan untuk melihat nya dan kembali
memainkan handphone ku.
Di
tengah kota ini, disaat hujan seperti ini. aku terus mendengarkan lantukan
suara piano yang merdu. entah kenapa aku larut dalam alunan melodi piano nya.
mungkinkah sang pianist ini sedang jatuh cinta? Terasa kini melantunkan asmara
dari setiap tekanan not di keyboard piano nya. namun di melodi kedua pianist ini
memainkan melodi yang sedih. Ini seakan membuatku terhenyut sakit di dadaku.
Apakah pianist ini juga merasakan sakit yang sama kurasakan saat ini?
Terus
larut dalam alunan nya. seketika aku merasa aneh dan kaget. Suara piano itu
terdengar pelan. Lebih pelan dari melodi yang ku dengar sebelumnya. Ini
terdengar cukup sedih. Namun aku kenal betul alunan melodi piano ini. seketika
aku berdiri dan terasa mata ini ingin mengeluarkan air. Alunan musik itu kian
terasa ku dengar, menusuk seluruh celah yang ada di hatiku dan siap untuk
merobek nya dengan keras.
Aku
langsung berlari dari sofa yang ku duduki tadi hingga menerobos kerumuman
orang-orang yang masih memperhatikan pianist itu melantunkan melodi-melodi
indahnya. Hingga akhirnya aku terhenti di depan pintu ini. menatap dia, iya
dia. Seseorang yang membuatku takut saat itu, kata selamat tinggal yang
secara tiba-tiba ia ucapkan kepadaku. Ia bermain piano di bawah hujan yang
cukup deras ini. aku mematung menatap nya. mataku berkedip hingga tertetes lah
air mata ku.
Menggepal
kedua tangan ku mendengar melodi ini. jarinya nya begitu fasih memainkan setiap
not yang ada di keyboard nya. jarinya yang tertetes oleh air hujan membuat itu
terasa sedih. Menekan penuh arti setiap window di keyboardnya. Aku tau ini
concerto yang hanya untukku. Dia pernah mengatakan nya padaku ketika ia
mengajariku tentang lagu ini.
Terus
bermain hingga aku menagis sesak menatap nya di luar sana. Sudah terlihat basah
kuyup, kedinginan. Namun ia terus memainkan lagu-lagu ini dengan pelan. Pernah
aku dengar lagu ini, lagu yang pernah ia dengarkan kepada ku. Lagu perpisahan
dari chopin. Kini air mataku semakin deras mengalir sambil mengusap pipi ini.
di dalam dadaku kini terasa sakit.
Aku
dekati sosoknya hingga air hujan ini membuatku basah. Aku berjalan pelan,
setiap urat ku terasa kaku. Namun aku terus berjalan, sesekali aku mengusap air
mataku yang kini telah bercampur dengan air hujan yang dingin. ia yang terus
fokus dengan piano nya, bermain kasar hingga semakin membuatku takut.
Kini
aku dekat dengan nya, berdiri disamping nya. menatapnya dengan berlinangan air
mata. Namun ia terus memainkan lagu perpisahan ini. tangis ku pecah di samping
nya. seketika suara piano itu melemah dan hilang. Aku menutup wajah ku dengan
kedua telapak tangan ku. Begitu sesak sehingga aku tak berani menampakkan wajah
ku di hadapnya. Seketika ia menyentuh kedua pundakku. Aku tersadar dan
memperlihatkan wajah ku yang memerah ini di hadapnnya. Seketika ia tersenyum
kearah ku. Aku membalasnya pun begitu.
Tak
lama ia memelukku. Aku terhempas di pelukannya deras. Langit semakin lelah
untuk melihat ini. terus menagis hingga membuat aku dan dia basah kuyup.
“lagu
yang hanya untuk mu” bisiknya tepat di telinga ku
Seketika
aku kaget dan menghempaskan pelukannya. Tangan ku semakin menggepal erat.
Bertanda aku kini sudah tak tahan lagi untuk menahan sesak seperti ini.
“segitukah
nyali mu? Kamu lemah!” teriak ku di hadapnya
Hujan
terus menghantarkan setiap keluhan hati ku saat ini. tak terasa reda dan malah
semakin deras. Air mataku kini dingin, bercampur langit yang juga menangis.
“setidaknya
perpisahan ini adalah perpisahan terindah sebelum aku tak bersama mu lagi”
“ini
tidak indah!” bentak ku di hadapan nya
Tak
sedikit pun kata-kata terlontar dari mulut nya. awalnya ia mematung melihat ku
membentak nya namun tak lama ia tersenyum kearah ku. Apa maksud dari semua
senyuman nya itu. Aku tak butuh semua itu, aku hanya butuh jawaban atas apa
yang seharusnya aku tau. Mana janji yang pernah dia ucapkan kepada ku dulu,
semua kini hanya pengingkaran sesal buat mu kan? Aku kecewa berat saat ini.
Aku
tertunduk menahan tangis di hadapan nya. aku tak menyadari kini tangan ku telah
ada dalam genggaman nya. ia membelai pelan hingga menyadarkan ku.
“boleh
kah aku main dengan melody yang berbeda?” pinta nya tersenyum kearah ku
Aku
hanya terdiam mematung mencerna setiap ucapan nya. ia duduk di kursi nya itu
kemudian memainkan sebuah melody yang tak pernah kudengar sebelum nya. ia
bermain dengan tenang. Menikmati alunan concerto yang ia mainkan. Aku tetap
saja diam, tak mengerti apa maksud dari pinta nya ini.
Tak
lama ia menghentikan permainan nya dan kembali berdiri di hadapan ku. Menatap ku
sendu. “kamu ngak suka melodi ini?” tukasnya membuatku semakin heran dengan
sikap nya
“apa
maksud kamu? Aku ngak ngerti!” balas ku menada tinggi
Tentu
saja dengan sikap dewasa nya. ya, dia tetap membalas semua emosi ku dengan
senyuman manis nya. aku kini semakin bingung dibuatnya. Namun entah kenapa
tiba-tiba saja ia mendekatkan wajah nya ke hadapanku, aku kaget dan seketika
gugup. Tanpa tersadar aku menutup mataku, namun apa yang dapat sebuah suara
yang begitu dekat dengan telinga ku. Ia membisikkan sebuah kata-kata untuk ku.
“aku
yakin semua akan baik-baik saja, aku akan pergi” bisiknya membuat mataku terbuka
begitu saja
“kamu
mau kemana?” tanya ku menahan tangis
“kebahagiaan
mu bukanlah di aku, aku bukan lelaki yang pantas untukmu”
“apa
semua ini karena orang tua ku?”
“bukan”
“jadi
apa?”
“kamu
akan tau nantinya” balas nya hanya tersenyum kearahku
Kemudian
ia duduk di kursi piano nya kembali. Memainkan sebuah melodi yang tak asing
lagi di telinga ku. Tanpa harus berkata-kata apapun, semua sudah berakhir. Aku harus
apa? Semua sudah tak bisa di pertahankan lagi. Mungkinkah ini takdir masa depan
ku?
Aku
mendekatinya yang duduk di kursi itu. Menatap jari-jarinya yang begitu telaten
memainkan setiap not di keyboard nya. aku letakkan kedua tangan ku di atas
pundak nya. menikmati setiap alunan lagu yang ia mainkan.
Jika
memang semua harus berakhir aku harus benar-benar terima. Semua ketakutan ku
dulu kini hilang. Rasa yang kutakuti itu kini telah terlewati begitu saja. Hari
ini, hari dimana untuk yang terakhir kalinya aku menikmati dan melihat ia
bermain piano. Dibawah hujan yang tak ada henti-hentinya ini. sekian banyak
pertanyaan yang ingin aku katakan padanya, tapi semua aku urungkan. Biarkan semua
menjadi kenangan, hidup tak mesti mendapatkan yang indah tapi yang paling
penting mendapatkan sebuah kebahagiaan. Jika memang kebahagiaan ku adalah
dikamu semua akan kembali. Terima kasih atas semua keindahan yang pernah kamu
berikan kepadaku. Tak akan pernah aku lupakan wahai sang pianist hujan.
“mainkan
lah lagu yang lain” bisikku ke arah telinga nya
THE END
-------------------------------------------------
Hai J saya kembali dengan cerita yang
berbeda hehe :D
Cerita yang
terinspirasi dari lagu Ame no pianist yang di nyanyiin oleh member team T JKT48
di setlist Te wo tsunaginagara.
Maaf kalau jelek
yah, karena saya iseng-iseng aja buat FF ini hehe
Ceritanya sengaja
saya buat complicated biar beda dikit :p
Terima kasih
yang sudah membaca^^