BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Sejarah mencatat bahwa kehidupan pada masa
jahiliyah yang identik dengan konflik dalam kontek berbagai aspek, termasuk
politik, budaya, agama dan bahkan sosioal, tentu akan memjadi bahan perbandingan
dan zaman Khulafaur-Rasyiddin, keadaan tersebut masih mewarnai. Dalam
pemerintahan Usman ibn Affan juga situasi itu masih berlangsung, terbukti
wafatnya Usman adalah dilatar belakangi oleh konplik yang terjadi ketika itu.
Tragedi berdarah ini adalah salah satu
contoh, dimana proses perkembangan kehidupan social, ketika memahami agama
masih dalam tataran jahiliyah, namun keadan ini tentu akan mengantar pembahasan
kita pada perjalanan kenegaraan pada masa pemerintahan khalifah..
Dalam hal ini, ada beberapa konsekwensi logis
yang mengantarkan kita pada latar belakang terpilihnya Usman, walaupun telah
diketahui bersama bahwa pengangkatan Usman adalah atas campur tangan "Umar
" dan keadaan itulah yang menjadi embrio permasalah yang klimaknya tepat
pada pemerintahan Usman inb Affan.
BAB II
PEMBAHASAN
Utsman
bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur
Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal
namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat
Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang
memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri
kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Usman
bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibu beliau
adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar
dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi
yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh
Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi
engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau
pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman
masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah
menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu
kepadanya?”
Pada
saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena
meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan
kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga
tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti
Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman
dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan
Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di
Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada
saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw
memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk,
Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya
perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli
sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang
kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau
wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada
masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah
wafatnya Umar bin Khatab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan
yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdurrahman bin
Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat
pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang
melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena
semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau
mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun
pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina,
Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling
besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu
mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak
mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan
menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak
membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40
hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak
menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari
Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki
rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa
yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
2.1 Masa Kekhalifahan
Utsman
bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang
Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum
beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin
Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah
bin Ubaidillah.
Tiga
hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman
bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang
bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan.
Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk
menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun
pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon,
sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan
Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman.
Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah
keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman
meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian
menerima keputusan itu.
Maka
Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat,
ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24
H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan
sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang
budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan
perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin
ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan
ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili
perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan
Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan
sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau
memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah
yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Di
masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam
mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai
wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal
dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus,
Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama
beliau menjadi Khalifah antara lain :
- Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
- Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
- Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
- Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
- Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
- Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
- Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
2.2 Perluasan Islam dimasa
Utsman bin Affan
Masa
pemerintahan khallifah Utsman tidak terputus dengan rangkaian penaklukan yang
dilakukan kaum Muslimin pada masa pemerintahan khalifah Umar. Ketika itu
Armenia, Afrika, dan Cyprus telah dikuasai. Kaum muslimin terus memperkokoh
kekuatan di Persia yang telah takluk ditangan mereka sebelumnya.Perluasan itu
meliputi bagian pesisir pantai atau kelautan, karena pada saat itu kaum
muslimin telah memiliki armada laut.
Pada
pemerintahan Utsman negri Tabaristan berhasil ditaklukan oleh Sa`id bin Ash.
Dikatakan , bahwa tentara Islam dalam penaklukan ini telah meyertakan Al-Hasan
dan Al-Husain, kedua putra Ali, begitu pula Abdullah bin Al-Abbas, `Amr bin
Ash, dan zubair bin Awwam. Pada masa pemerintahan usman pun kaum muslimin
berhasil memaksa raja Jurjun untuk memohon berdamai dari Sa`ad bin Ash dan untk
ini ia bersedia menyerahkan upeti senilai 200.000 dirham setiap tahun
kepadanya.
Termasuk
juga menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi dibeberapa
negri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam dizaman Umar. Pendurhakaaan itu
ditimbulkan oleh pendukung- pendukung pemerintah yang lama atau dengan kata
lain pemerintahan sebelum daerah itu berada dalam kekuasaan Islam, mereka
hendak mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut antara lain adalah Khurasan dan
Iskandariah.
Pada
tahu 25 H. Penguasa di Iskandariyah mengingkari perjanjiaan dengan Islam,
karena mereka dihasut oleh bangsa Romawi yang menjanjikan mereka bermacam-macam
janji yang muluk-muluk. Maka Utsman memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang
ketika itu menjabat sebagi penguasa di Mesir untuk memerangi Iskandariyah,
sehingga Akhirnya penguasanya mengutus dutanya untuk membuat perjanjain dan
kembali tunduk kepada kerajaan Islam di Madinah.
Pada
tahun 31H penduduk Khurasan mendurhaka sehingga Utsman mengirim Abdullah bin
Amir, gubernur Basrah, bersama sejumlah besar tentara untuk menaklukkan kembali
mereka. Terjadilah perang antara tentara Islam dengan penduduk Merw, Naisabur,
Nama, Hirang, Fusang, Bigdis, Merw As-Syahijan, dan lain-lain dari penduduk wilayah
Khurasan. Dalam perang ini kaum muslimin berhasil menaklukan kembali wilayah
Khurasan.Secara singkat daerah-daerah selain dari dua ini yang telah
dikuasai pada masa Utsman adalah: Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika
Selatan, Undulus ( Spain), Cyprus, Persia, dan Tabristan. Menurut para ahli
sejarah mereka berpendapat bahwa zaman pemerintahan khalifah Utsman bin
Affan sebagai Zaman keemasan dimana tentara Islam mendapat kemenagan yang luar
biasa, satu demi satu, dan mereka dapat mengusai banyak dari negri-negri yang
dahulunya berada dibawah kekuasaan Romawi Persia dan juga Turki. Secara singkat
umat Islam pada saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan
dibidang kemiliteran, yang tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.
2.3 Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan
dalam Pemerintahan Utsman
Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan
lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah
dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar
wasiat khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan
pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para
pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang
kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.
Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang
protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim
oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang
diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin
Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin
Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus
aliran Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian
membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk
Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan
Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan)
penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak
daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu
agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya
dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena
tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke
mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang
yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan.
Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi
sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka
kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena
merasa dipermainkan.
Setelah surat diperiksa,
terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka
melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :
- Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
- Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua
tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum
benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan
Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan
baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau
lepaskan”
Setelah
mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka
mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari
hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat
beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan
Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau
menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Hingga
suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah
kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan
membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain,
disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat
lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.
Beliau wafat pada bulan haji
tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12
tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Khulafa ar-Rasyidun yang ketiga
Utsman bin Affan memiliki ciri khusus mulai dari kepribadian yang dikenal orang
sebagai seorang yang penmalu tapi bukan berarti lemah namun tetap semangat
terbukti dengan beberapa prestasi yang dikhususkan dari kahalifah sebelumnya
maupun sesudahnya, antara lain telihat dari keberaniaan dalam menjadikan
stsandarisasi bacaan Al Qur`an. Dan tetap melanjutkan perluasan daerah
keberbagai tempat yang sebelumnya dikuasai oleh kekuasaan besar yaitu Romawi
dan Persia.
Namun semua kebaikan yang
dilakukan terkadang masih disalah artikan oleh beberapa kalangan, hal ini tak
terlepas dari perseteruan politik dari pihak yang sejak awal pengangkatan
khalifah Utsman menginginkan Ali yang seharusnya layak menggantikan Umar. Masih
menjadi tanda tanya siapa gerangan dibalik semua makar besar yang berakhir
dengan pembunuhan Utsman, banyak kalangan ahli sejarah mengatakan seorang yang
dahulunya beragama Yahudi bernama Abdullah bin Saba` yang berada dibalik semua
ini. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar bahwa ’Cerita-cerita tentang
Abdullah bin Saba` terkenal didalam buku-buku sejarah’. Sedankan al-Syututhi
dalam ceritanya tentang penolakan penduduk Mesir terhadap Abdullah bin Saba`
pada awalnya mengatakan’ lalu banyak orang dari pendudduk Mesir tergoda
olehnya, dan itu adalah permulaan pengerahan masa terhadap Utsman’.
Sejarah Utsman bin Affan sangat
banyak meninggalkan tanda tanya, yang dikemudian hari padapemerintahan khalifah
setelahnya menjadi sumber dari fitnah diantara sahabat-sahabat senior.
Pelajaran ini sangat berharga mengingat perpecaahn dalam tubuh umat islam
generasi awal tidak lepas dari propoganda-proppoganda yang tidak menginginkan
uamt Islam tetap dalam kejayaan.
wallahu `Alam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar